Berkibar di Malioboro sejak Jumat pekan lalu

Sejumlah bendera putih berkibar di sisi jalan Malioboro hingga depan kantor Gubernur DIY, Danurejan sejak Jumat(30/7).

Bukan protes, bendera tersebut dipasang para pedagang sebagai simbol berkabung sekaligus menyerah dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat dan level 4 yang membuat pendapatan kian sepi.

Bukan protes, imbauan supaya mengerti perasaan PKL bahwa ekonomi lumpuh total tidak ada pedagang tidak ada pengunjung,” kata Ketua Paguyuban Pedagang Lesehan Malioboro, Desio Hartonowati.

Baca juga: Pidi Baiq Umumkan Novel Ancika, Lanjutan Kisah Dilan Setelah Milea

Waktu berjualan di Malioboro terbatas, pendapatan menyusut

Sejak PPKM diberlakukan, para pedagang merasakan betul dampaknya, khususnya para pedagang lesehan.

Kita buka pukul 18.00 WIB, aturan jam 20.00 WIB tutup. Kami minta kebijakan pemerintah daerah supaya bisa berjualan sampai pukul 23.00 WIB,” ujar Desio.

Akibatnya, pendapatan pun menyusut drastis.

PKL yang nekat berjualan, masih bisa dihitung dengan jari. Karena, sangat hampir pasti rugi,” tegas Desio.

Maka wajar, bila kami menyatakan bahwa kami dan Malioboro berkabung,” sambungnya.

Baca juga: 88Rising Umumkan Head in the Clouds 2021, Berikut Line Up-nya!

Belum ada bantuan dari pemerintah

Di tengah himpitan situasi, para pedagang pun belum menerima uluran tangan dari pemerintah.

Ya kalau kaki lima parah, terutama kuliner. Karena sejak Covid-19 ada belum pernah ada bantuan apapun dari pemerintah. Kita mengetuk hati pemerintah supaya memberikan sedikit bantuan kepada terutama pedagang kaki lima yang ada di Malioboro,” kata Dimanto, salah satu pedangang kaki lima, dikutip dari Kompas.

Ya kalau kaki lima parah, terutama kuliner. Karena sejak Covid-19 ada belum pernah ada bantuan apapun dari pemerintah. Kita mengetuk hati pemerintah supaya memberikan sedikit bantuan kepada terutama pedagang kaki lima yang ada di Malioboro,” katanya.