Cegah tindak kekerasan seksual, setiap perempuan di berbagai negara ternyata punya cara berbeda. Namun tahukah Lo kalau ternyata di sebuah negara, cara yang aneh dan ekstrem ini justru bagian dari sebuah tradisi?

Melansir NCBI, peremupan di Afrika umumnya harus melewati sebuah praktik berbahaya yang dikenal dengan sebutan ‘breast ironing‘ alias setrika payudara.

Begini proses praktik ekstrem tersebut

Praktik penyeritakan payudara, terkadang disebut sebagai perataan payudara. Biasanya dilakukan pemukulan berulang, menekan, menyeterika, menggosok atau memijat area tersebut.

Selain itu, prakti tersebut juga dilakukan dengan menggunakan benda keras atau panas yang bertujuan untuk menghentikan atau menundan pertumbuhan payudara, sehingga menjadi ‘datar’ atau hilang.

Beberapa benda yang kerap digunakan dalam praktik tersebut adalah ;

  • batu gerinda yang dipanaskan
  • wajan besi
  • sendok
  • palu
  • spatulah kayu
  • seterika listrik

Selain itu masih ada juga buah hitam, tempurung kelapa, kulit pisang raja, serta daun atau tanaman tertentu yang dipercaya berkhasiat sebagai obat atau penyembuhan.

Seterika payudara juga dapat didefinisikan sebagai kegiatan membungkus atau mengikat perban dengan ketat di sekitar dada anak perempuan.

Jadi cara untuk cegah tindak kekerasan seksual

Melansir Kumparan, praktik esktrem ini biasa dilakukan oleh kerabat keluarga perempuan. Biasanya mereka adalah ibu, saudara perempuan, bibi, nenek, pengasuh atau wali perempuan lain.

Praktik ini juga dijaga sebagai rahasia antar anak perempuan dan ibu atau wali lainnya. Adapun cara ini dilakukan sebagai upaya menyamarkan permulaan pubertas pada anak yang diyakini dapat menghalangi ‘perhatian pria’.

Selain itu juga sebagai ‘perlindungan’ para wanita dari pelecehan seksual, penyerangan, eksploitasi, pemerkosaan atau penyaki menular seksual.

Kerap terjadi di negara Afrika, praktik ini justru bagian dari kekerasan seksual?

Dalam peneltian yang diterbikan pada Journal of Global Health, seorang praktisi HAM, Fikrejesus Amahazion mengungkap bahwa sejumlah negara Afrika masih mempraktikan seterika payudara.

Bahkan praktik tersebut kerap dilakukan oleh bidan atau dukun sebagai cara mendapatkan penghasilan tetap. Disebutkan pula, mereka yang menjalankan praktik itu, konon akan mendapat status sosial yang lebih tinggi.

Meski awalnya diklaim sebagai upaya pencegahan, Fikrejesus justru mengkhawtirkan praktik tersebut. Dirinya menjelaskan kalau sejauh ini masih sangat dikit perhatian yang diberikan pada praktek berbahaya ini.

Hanya sedikit penelitian yang dilakukan kepada penyeterikaan payudara, praktek ini berbahaya terutama dilakukan pada ank perempuan dan perempuan di beberapa wilayah Afrika Selatan Sahara,” pungkasnya.

Lebih lanjutnya, Fikrejesus  mengatakan bahwa United Nations Population Fund (UNFPA) sempat mencantumkan praktik ini sebagai satu dari lima cerita yang kurang dilaporkan terkait dengan kekerasan seksual berbasis gender.

Selain itu, beberapa penelitan lain tidak menemukan bukti yang menunjukan bahwa praktik ini berkolerasi dengan agama, sukuk, kekayaan, atau pendidikan formal.