Dunia bukan saja sedang menghadapi pandemi, tapi juga dampak pemanasan global yang semakin menunjukkan eksistensinya belakangan ini.

Eksistensi ini adalah tak lain dan tak bukan menjadi ‘produk’ dari kehidupan manusia yang terus mengalami perubahan, kecanggihan, sekaligus ‘merecoki’ keadaan alam. Pohon beton bertumbuh di mana-mana, mengurangi banyak populasi pohon asli penghasil oksigen. Akibatnya terjadi beberapa kondisi seperti lubang ozon dan peningkatan suhu yang belakangan ini makin menjadi-jadi.

Nah, ada beberapa kondisi yang semakin menegaskan pemanasan global

Suhu Antartika naik

Salah satu barometer yang paling terlihat dari dampak pemanasan global adalah panas itu sendiri. Yakni yang bisa kita lihat di tempat paling dingin. Antartika lazimnya memiliki suhu minus 40 derajat celsius. Ternyata, Argentinian research thermometer belakangan ini mencatat kalau di tahun 2020, suhu Antartika sudah mencapai 18 derajat. Sementara, suhu terhangat dari wilayah ini sebelumnya adalah 17,5 derajat celsius.

Dengan demikian, ada kenaikan suhu dari tahun ke tahun. Greenland juga mengalami hal serupa, di mana hal ini membuat lapisan esnya mencair. Hal yang cukup memprihatinkan ini dapat menyebabkan banjir melanda beberapa wilayah.

Suhu bumi meningkat

Bumi Semakin Panas, Relawan Ini Rencananya Akan Redupkan Matahari! Bagaimana Caranya?

Masih tentang Greenland, kondisi peningkatan suhu bumi ini membuat 8 miliar ton es mencair. Karena itu, peningkatan volume air di bumi akan memberikan dampak yang berkelanjutan dan perlu kita waspadai.

Belakangan ini juga terjadi gelombang panas di beberapa negara. Amerika, Inggris, bahkan Indonesia sempat sedikit merasakan hawa yang lebih hangat (cenderung panas) dari sebelumnya. Panas ini cukup berdampak pada kehidupan manusia, karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan produktivitas.

Ada sebuah ide yang cukup menentang hukum alam yang sempat mencuat. Para peneliti yang dipimpin ilmuwan dari University of Cape Town mempelajari sebuah teknik untuk meredupkan matahari. Tentunya dengan latar belakang sains dan tujuan mencegah risiko kerusakan karena pemanasan ini. Namun hal ini masih mendapat tanggapan pro dan kontra.

Beberapa wilayah yang diprediksi akan tenggelam

Jakarta Tenggelam Dalam 10 Tahun Ke Depan Jadi Prediksi Joe Biden

Pemanasan global yang paling mengancam dari tangan manusia sendiri adalah prediksi wilayah yang bakal hilang dari peta. Di negara kita sendiri, Indonesia dan beberapa kawasan Jawa berpotensi tenggelam.

Selain itu, ada beberapa negara kepulauan kecil yang juga memiliki risiko untuk tenggelam. Seperti Republik Maladewa, Kiritimati, Fiji dan beberapa kawasan lainnya.

Muncul fenomena aneh di alam

Begini Penampakan 'Ingus Laut' di Laut Marmara, Gara-Gara Perubahan Iklim?

Beberapa waktu lalu, Turki mengalami fenomena ingus laut yang cukup menyusahkan nelayan. Rupanya hal ini terjadi karena adanya lebihan nutrisi ganggang laut yang menghalangi masuknya sinar matahari. Kondisi ini membuat banyak penghuni laut di pesisir juga ikut terganggu, bahkan mati.

Sementara itu, di Laut Pasifik, sempat terjadi kenaikan suhu perairan hingga menjadi 21 derajat celsius akibat gelombang panas di Amerika. Kondisi ini menyebabkan ikan-ikan salmon seperti direbus, kulit mereka seperti terkelupas dan mengalami luka.

Di belahan bumi lainnya, es Greenland mencair dan tiba-tiba melepaskan merkuri berkadar cukup tinggi dan mengkhawatirkan para peneliti. Hal ini karena merkuri ini misterius dari mana asalnya, dan yang pasti akan membahayakan makhluk hidup para perairan yang dilaluinya. Misalnya hewan-hewan yang bergantung dari air sungai tersebut.

Meski tak diketahui dari mana merkuri tersebut, namun mereka melihat bahwa lelehnya es hingga membawa merkuri ini ke sungai adalah karena perubahan iklim.

Itulah beberapa kondisi yang sudah semakin menggambarkan dampak pemanasan global. Mindsetnya adalah bukan bumi yang harus kita selamatkan, melainkan manusia sendiri. Dunia ini sudah beberapa kali mengalami perubahan zaman tapi bisa rejuvenate kembali. Sedangkan manusia, pastinya bisa binasa bila tidak memperhatikan ekosistemnya sendiri.

Meski kabarnya kita sudah hampir tak bisa berbuat banyak untuk mencegah kerusakan alam dampak pemanasan global, semoga kita masih bisa memulai dari diri sendiri untuk mewariskan bumi yang permai bagi anak cucu kita.