Dwi Rahayu Februarti, wanita asal Sleman,Yogyakarta adalah orang dibalik ide tersebut!

Pandemi COVID-19 yang terjadi hampir di seluruh dunia mengubah cara manusia berinteraksi satu dengan yang lain, terlebih setelah muncul kebijakan physical distancing.

via Giphy

Sebagian besar orang menggunakan masker dan menutupi area hidung dan mulut, dan itulah yang menyebabkan ‘issue‘ bagi tunarungu, di mana mereka sangat mengandalkan ‘facial cues‘ untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain.

Kepekaan Berbuah ‘Inovasi’

‘Sangat mersehkan semenjak ‘masker konvensional’ menjadi halangan bagi kami untuk bisa berkomunikasi.’, begitu tutur Dwi seperti dikutip dari Jakarta Post pada hari Senin kemarin (13 April 2020).

Sadar akan hal tersebut, kepala Gerkatin (Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu di Indonesia) di daerahnya, mendapatkan ide untuk bisa membuat masker transparan yang dapat membantu para tunarungu untuk bisa berkomunikasi selama pandemi ini berlangsung.

via Giphy

Dwi mengaku kalau ide untuk membuat masker transparan tersebut terinspirasi dari postingan Facebook yang dibagikan oleh salah satu petugas Komnas Permpuan, Bahrul Fuad. Desain masker tersebut menggantikan area tengah masker dengan plastik transparan.

Berdasarkan timbal balik dari pemakainya, masker tersebut terus mengalami kemajuan dalam desainnya, dan bukan hanya untuk berkomunikasi, melainkan juga memberikan kenyamanan bagi penggunannya.

Yogyakarta woman creates 'transparent mask' to help the deaf communicate in time of coronavirus
via JakartaPost

Wanita berusia 41 tersebut juga menjelaskan bahwa membuat masker transparan tidaklah mudah, salah satu alasannya adalah memastikan bagian transparan tersebut terpasang secara presisi dan rapih untuk bisa menunjukan mulut si pemakai.

‘Saya berencana untuk merekam sebuah video yang menunjukan langkah untuk bisa membuat masker transparan ini, agar member lain dari Gerkatin bisa membuat sendiri masker tersebut’- begitu tutupnya.

Masker tersebut mendapatkan respon positif dari komunitas lokal tuna rungu di daerahnya, meskipun demikian dirinya belum memiliki target produksi, dirinya berharap desain tersebut nantinya akan dapat di adopsi dan di produksi masal oleh siapapun.

Source : The Jakarta Post

WOW! Semoga saja semua para tuna rungu bisa dengan segera mendapatkan masker tersebut yah, dan bukan hanya di Yogyakarta melainkan di mana saja :)