Lomba melamun mungkin terdengar menganehkan, terlebih kegiatan itu sering kali dikaitkan sebagai kebiasaan yang membuang-buang waktu. Namun pada kenyataannya, kompetisi unik tersebut justru berlangsung di Pulau Jeju.

Melansir Vice, di tengah dedaunan rimbun di Hutan Penyembuhan Seogwipo, Pulau Jeju, Korea Selatan, berkumpul puluhan orang yang duduk untuk melamun.

Lomba melamun diadakan setahun sekali

Ternyata mereka merupakan peserta lomba melamun yang berlangsung setahun sekali. Pada perlombaan itu, peserta diminta untuk tidak melakukan apapun selain melamun.

Mereka yang paling lama melamun pada akhirnya akan dinobatkan sebagai pemenang. Tahun ini sendiri, acara yang berlangsung pada Mei lalu dihadiri oleh 30 peserta. Peraturan lomba ini juga terbilang sangat unik, pasalnya. setiap kontestan wajib berada dalam ketenangan maksimal selama 90 menit, setelah itu panitia akan mulai memeriksa denyut nadi mereka satu persatu.

Dari 10 peserta pilihan penonton, pemenangnya ditentukan berdasarkan denyut nandi yang paling stabil. Sementara mereka yang melamun sampai ketiduran akan didiskualifikasi dari perlombaan.

Adapun kompetisi unik ini merupakan ide dari seniman visual Woopsyang. Menurutnya, melamun adalah bentuk penghargaan diri yang sama bernilainya dengan kemewahan materi.

Kita cenderung makan-makan dan belanja setelah lelah kita berbayar. Kenapa kita tidak meluangkan waktu juga,” pungkasnya seperti dilansir VICE.

Lomba melamun bukans esuatu yang asing

Selain di Pulau Jeju, lomba serupa biasanya juga diadakan di berbagai kota bsesar seperti Seoul, Incheon, dan Daegu. Kontes melamun sendiri merupakan sebuah pertunjukan yang bertujuan menciptakan penjajaran visual antara kehidupan kota yang sibuk dan peserta yang pasif.

Lomba Melamun, Kompetisi Unik Tak Berfaedah!
via Vice // WOOPSYANG

Lomba tersebut bahkan sebenarnya sudah diadakan sejak tahun 2014 di Seoul dan acara serupa juga pernah dihelat di kota negara lain seperti Beijing, Rotterdam dan Taipei.

Melamun sering dicap buang-buang waktu. Kesalahpahaman ini perlu diubah, dan acara kami berusaha mewujudkan perubahannya,” tutur keterangan pada situs resmi acara.

Begini pengalaman salah satu pemenang lomba

Lee Radee, pemenang kompetisi dua tahun lalu mengaku terkejut dengan prestasinya. Awalnya penyiar radio di Seoul itu hanya menanggapi tantangan sang teman untuk berpartisipasi.

Orang bilang saya suka melamun. Kontes melamun spertinya seru dan bagus untuk bahan acara, namun saya tidak pernah mengira akan meraih juara pertama,” tuturnya.

via Vice // WOOPSYANG

Dia juga mengaku tidak banyak persiapan yang dilakukan selain latihan duduk lama di tanah. Radde sendiri menerima sertifikasi dan piala terkait partisipasi dan kemenangannya dalam ajang tersebut.

Kompetisi tahun lalu sendiri berlangsung dengan cara berbeda dan diselenggarakan secara virtual karena pandemi. Peserta diminta mengunggah video melamun ke TikTok dengan tagar berbahasa Korea yang menunjukan “tantangan” melamun. Sementara untuk tahun ini, peserta hanya dibatasi sebanyak 30 orang sebagai syarat memenuhi protokol kesehatan.

Wah kalau ada di Indonesia gua mau ikutan ah!