Pangeran Philip, pendamping seumur hidup Ratu Elizabeth II, sekaligus pasangan hidup monarki terlama dalam sejarah Inggris meninggal dunia pada usia 99 tahun, Jumat 9 April 2021.

Dalam pernyataannya, Istana Buckingham mengatakan:

Ini adalah sebuah duka yang mendalam bahwa Yang Mulia Ratu mengumumkan kematian suami tercintanya, Pangeran Philip, Adipati Edinburgh. Yang Mulia Pangeran meninggal dunia dengan damai pagi ini di Kastil Windsor. Pengumuman akan berlanjut pada waktunya. Keluarga Kerajaan bersama orang-orang di seluruh dunia berduka atas kehilangannya.

Prince Philip Turns 99,
Ratu Elizabeth II dan Duke of Edinburgh di ulang tahunnya ke-99, 10 Juni 2020 (Steve Parsons)

Selama tujuh dekade, ia hidup di balik bayang-bayang istrinya, Ratu Inggris. Tapi, siapakah sebenarnya laki-laki di samping kekuasaan monarki ini?

Awal kehidupan Pangeran Philip di ‘keranjang buah’

Putri Alice dengan Pangeran Philip
Putri Alice dan Philip di usia Belia, setelah terusir dari Yunani. (PA)

Lahir pada 10 Juni 1921, Pangeran Philip punya gelar Pangeran Yunani dan Denmark. Tapi sayangnya, beberapa tahun kemudian terjadi kudeta dan keluarganya harus angkat kaki.

Lucunya, dalam keadaan daruratnya saat sedang diamankan ke Italia, baby Philip tertidur di ranjang dari peti buah!

Philip menjalani awal hidupnya dengan agak keras. Apalagi, ibunya harus pergi ke pusat psikiatri saat ia baru berumur delapan tahun. Ayahnya pun tidak banyak muncul di kehidupannya.

Walau begitu, akhirnya Duke of Edinburgh ini memakai nama belakang keluarganya yang ia inggriskan dari ‘Battenberg’ jadi ‘Mountbatten‘.

Siapa di balik pendidikan pendamping seumur hidup Ratu Inggris ini?

Pangeran Philip, murid di Gordonstoun
Philip sebagai murid di Gordonstoun

Masa remajanya ia habiskan di sekolah asrama Gordonstoun. Melansir BBC, orang yang paling berperan dalam pendidikan Philip, sekaligus founder dari sekolah tersebut adalah Kurt Hahn. Ia adalah seorang Yahudi dari Jerman yang terpaksa harus pergi dari negara asalnya saat Nazi berkuasa.

Pendidikan dari Hahn cukup menggembleng (secara fisik maupun pola pikir) Philip dan murid-murid lainnya dan membentuk karakter mereka. Dari Hahn, Pangeran Philip mendapatkan filosofi yang ia pegang selama hidupnya, terutama saat berperan sebagai pendamping Ratu Elizabeth II.

Pertemuan dengan si ‘Calon Ratu’

Princess Elizabeth and her husband-to-be smile outside Buckingham Palace in 1947,
Elizabeth dan Philip, 1947 setelah mengumumkan pertunangannya (Getty Images)

Usai sekolah, bertepatan saat Inggris di ambang perang dengan Jerman, Philip bergabung dengan akademi angkatan laut Inggris. Di situ ia lulus sebagai kadet brilian yang terbaik di kelasnya.

Saat itu, Philip memberikan kesan baik pada Elizabeth yang berusia 13 tahun. Sejak itu, hubungan mereka makin jelas dan menurut biografinya, Elizabeth tidak pernah beralih ke laki-laki lain.

Pada tahun 1947, mereka menikah saat Elizabeth berumur 21, dan Philip 26. Empat tahun (dan dua anak) kemudian, tugas negara memanggil. Teman baik, sekaligus sekretaris pribadi Philip menjelaskan momen kala itu. Saat menyadari bahwa istrinya kini adalah Ratu, seolah-olah ia shock berat.

Kehidupan Pangeran Philip di Kerajaan Inggris

Britain's Queen Elizabeth II and her husband, the Duke of Edinburgh walk at Broadlands, Hampshire in 2007
Ratu Elizabeth II dan Pangeran Philip, 2007 (Getty Images)

Si Adipati ini tidak melupakan sejarah keluarganya yang terusir dari Yunani. Ia percaya bahwa monarki harus beradaptasi untuk bisa bertahan. Makanya, selama hidupnya sebagai suami Ratu, ia banyak mengubah hal-hal di kerajaan itu untuk beradaptasi dengan zaman.

Bahkan saat pensiun dari tugas kerajaan 2017 silam, ia dikenal sebagai pendiri, presiden, maupun anggota lebih dari 780 organisasi. Menemani Ratu dalam kunjungan kenegaraannya, Pangeran Philip mengunjungi 143 negara dan memanfaatkan bahasa Prancis dan Jermannya yang fasih.

Britain's Prince Philip pictured from behind as he doffs his hat on 2 August, 2017.
via Reuters

Saat diminta untuk merangkum kontribusinya demi Inggris, Pangeran Philip merespon dengan jujurnya:

Aku cuma melakukan yang aku pikir terbaik. Beberapa orang anggap itu tidak apa-apa, beberapa yang lainnya tidak. Apa yang bisa kamu lakukan? Aku tidak bisa mengubah cara melakukan hal-hal. Ini bagian dari gayaku. Sayangnya, mereka harus menerimanya.

Baca juga: