Jumlah terus meningkat, mayoritas pasien Wisma Atlet adalah remaja usia produktif

Jumlah pasian Wisma Atlet mengalami peningkatan signifikan yang awalnya 900-an kini lebih dari 5.700 orang.

Dari seluruh pasien yang kini tengah mengalami perawatan pada Rumah Sakit Darurat ini, kebanyakan pasien adalah rentang usia produktif. Yaitu 15 sampai 45 tahun, kata Koordinator Operasional Rumah Sakit Darurat Covid-19, Kolonel Crm dr. Stefanus Dony.

“Untuk pasien-pasien dalam Wisma Atlet ini kalau kita lihat data yang ada di wisma atlet itu usia terbanyak adalah usia produktif 15-45 tahun mencapai 74,4 persen.” jelas dr. Dony dan Live Corona Update: Membendung Terjangan Corona Delta, Jumat (18 Juni).

Usia tersebut merupakan usia dengan mobilitas dan aktivitas paling tinggi dibanding dengan rentang usia lainnya. Selanjutnya, pasien yang paling sedikit adalah pasien berusia di atas 65 tahun, hanya 0,4 persen.

Wisma Atlet Makin Membludak, Hampir Lewati Ambang Batas Aman?

Baca juga: Racket Boys: SBS Minta Maaf Usai Instagramnya Diserbu Netizen Indonesia

Berbagai sektor pekerjaan yang menjadi cluster

Sementara itu, untuk kategori pekerjaan adalah pasien yang bekerja pada sektor swasta, pelajar, hingga ibu rumah tangga.

“Kemudian kalau pekerjaan itu sendiri yang paling banyak karyawan swasta 31 persen, kemudian diikuti pelajar dan mahasiswa 15,2 persen, kemudian ibu rumah tangga.” jelas dr. Dony.

kini RS Darurat Wisma Atlet Kemayoran menyediakan 7394 tempat tidur dengan keterisian mencapai 77.5 persen.

Wisma Atlet Makin Membludak, Hampir Lewati Ambang Batas Aman?
Via Antara

Petugas kewalahan

Membludaknya pasien membuat tenaga kesehatan pun kewalahan dan kelelahan. Bahkan, menurut kesaksian seorang warga ada beberapa nakes yang pingsan karena dehidrasi.

Lantara Bed Occupancy Rate (BOR) yang mengalami kenaikan signifikan. Angka 77.5 persen ini sudah melewati batas aman dari World Health Organization (WHO), yaitu 60 persen.

Sayangnya jumlah pasien yang kian bertambah gak sebanding dengan jumlah tenaga kesehatan yang ada disana. Apalagi antrean pasien COVID-19 datang berbondong-bondong menggunakan bus-bus sekolah.

Ramai pasien itu biasanya datang setelah maghrib. Jumlahnya bisa ratusan. Kondisi nakesnya kutang, sehingga pelayanan banyak yang komplain karena memang nakesnya kurang.” ujar Arif menjelaskan kondisi saat itu.