Wajan raksasa menjadi penemuan yang belum lama ini sukses menghebohkan para warga Kapanewon Banguntapan, Kapubaten Bantul, DIY.

Pasalnya saat sedang mengeruk tanah, mereka tidak sengaja malah menemukan wajan raksasa yang diduga merupakan peninggalan era penjajahan Jepang.

Begini kronologi penemuan wajan raksasa

Sebagaimana dilansir Detik, penemuan itu bermula saat warga Pedukuahn Kretek, Kalurahan Jambidan, Kapanewon Banguntapan, Bantul hendak membangun lapangan bermain untuk anak-anak, Selasa (31 Agustus) sore.

Saat sedang melakukan pengerukan tanah dengan menggunakan backhoe, mereka malah menemukan wajan yang ukurannya super jumbo.

Wajan Raksasa Era Kekuasan Jepang Ditemukan, Warga Langsung Heboh
via Detik

Lokasinya di tengah sawah dan ditemukan pada kedalaman sekitar 4 meter. Penemuannya kemarin sore dan sekitar jam 5 sore (17.00) wajan itu baru dapat dievakuasi,” tutur Lurah Jambidan Zubaidi saat dihubungi para wartawan.

Warga ingin mempertahankan wajan sebagai ikon

Zubaidi menjelaskan bahwa wajan itu masih berada di lokasi yang sama saat ditemukan. Pihaknya mengaku belum melakukan koordinasi dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta (BPCB DIY) terkait proses evakuasi.

Detail ukuran kurang tahu, tapi sekitar 2 meter ukurannya dan bahannya dari tembaga,” tuturnya. Sehubungan dengan penemuan itu, Zubaidi menjelaskan kalau sebagian warga meminta agar wajan raksasa itu tidak direlokasi, melainkan dipertahankan pada lokasi penemuan.

Warga ingin mempertahankan wajan sebagai ikon
via Konten JATENG

Warga berharap wajan itu justru dapat menjadi ikon baru di lapangan bermain yang akan segera dibangun. “Kalau kelanjutan gimana, belum tahu persis, tapi banyak warga minta  di taruh di sana saja. Karena untuk sejarah lapangan barum dan warga meminta untuk tetap di sana sebagai ikon,” tuturnya.

Zubaidi juga belum mengetahui persis asal muasal keberadaan wajan raksasa itu di sana. Namun, menurut para ‘senior’ setempat, wajan itu diduga sebagai peninggalan saat zaman penjajahan.

Kalau kata orang-orang tua, itu peninggalan zama Jepang,” imbuhnya.

Top image via Harian Merapi