Pada tanggal 1 September tahun ini, Polisi Wanita (Polwan) memperingati hari jadinya yang ke-73.
Bukan sekadar ‘cantik’ dan berseragam, masih banyak hal lainnya di balik peran seorang polisi wanita.
Bahkan bisa kita bilang perjuangannya lebih keras dari polisi laki-laki. Selain mengemban tugas mengayomi masyarakat, ada beban sosial yang harus mereka hadapi sebagai perempuan.
Ini dia fakta-fakta yang bikin kita bangga ada Polisi Wanita di Indonesia!
Berawal dari masalah pemeriksaan fisik
Awal tahun 1948, polisi masih seluruhnya laki-laki. Saat itu, ada kendala dalam pemeriksaan fisik korban, tersangka, atau saksi perempuan untuk menangani sebuah kasus.
Untuk itu, sering kali polisi minta bantuan istri maupun pegawai sipil perempuan untuk tugas tersebut. Akhirnya, organisasi wanita Islam di Bukittinggi pun memberi usulan ke pemerintah agar mereka bisa ikut pendidikan kepolisian.
Ini lah yang jadi awal mula terbentuknya enam perempuan hebat penginisiasi Polwan.
Enam perempuan hebat angkatan pertama polwan
Pada tanggal 1 September 1948, enam siswa perempuan itu pun resmi ikut pendidikan inspektur polisi bersama 44 murid laki-laki. Mereka adalah:
- Mariana Saanin
- Nelly Pauna
- Rosmalina Loekman
- Dahniar Sukotjo
- Djasmainar
Di dunia yang didominasi laki-laki itu, mereka turut dengan latihan yang sama. Di antaranya, ada anggar, jiu jitsu, judo, sampai latihan militer.
Nggak cuma itu, ada juga pelajarang ilmu kemasyarakatan, ilmu jiwam pedagogi, sosiologi, dan psikologi.
Titel ‘polwan cantik’ yang lama-lama ganggu
Bukan cuma di awal, polwan punya tantangan besar yang harus mereka pikul sampai hari ini.
Beberapa tahun belakangan, ada fenomena ‘polwan cantik’ yang heboh di medsos, contohnya Briptu Eka Frestya, Brigadir Avvy olivia, dan Briptu Dara Intan.
Hal ini lah yang jadi tantangan perempuan di era sekarang. Makna profesi mereka sebagai polisi seakan jadi sebatas ‘pelengkap’ polisi laki-laki. Bahkan, karena titel ‘polwan cantik’ mereka seakan cuma ‘penghibur’ mata laki-laki umumnya.
Beberapa tahun lalu, Jenderan Sri Haryani, sebagai Kepala Sekolah Polwan, mengatakan pada Tempo, kalau mereka menerima penekanan dan proses yang sama dengan polisi laki-laki.
“Akademik, fisik, dan mental,” ujarnya menjelaskan tiga poin penting pelatihan.
Nyantanya, polisi wanita bisa lakukan apapun
Tantangannya, adalah saat mereka mendapat hal yang sama dengan polisi lain, tapi masih harus menanggung beban sosial sebagai perempuan. Jelas, mereka bukan cuma ‘pelengkap’.
Malahan, nggak cuma bisa melakukan apapun yang polisi lainnya kerjakan, polwan punya keunggulan tersendiri. Menurut sebuah penelitian, karakter feminin justru dibutuhkan pihak kepolisian dalam menyelesaikan banyak kasus.
Ini lah yang membuat profesi polisi wanita lebih kompleks dari kelihatannya. Jadi, mereka pantas dapat apresiasi lebih.
Kegiatan unik polwan merayakan HUT
Di luar tugasnya mengayomi masyarakat dan menghadapi beban sosial sebagai perempuan, polwan punya kegiatan lainnya. Terutama, saat perayaan hari jadinya setiap tanggal 1 September.
Acara amal pun jadi hal lumrah yang mereka lakukan. Seperti tahun ini, polisi wanita dari berbagai polres pun menggelar kegiatan bakti sosial untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.
Selain itu ada pula kegiatan unik untuk merayakan hari jadi. Contohnya, mulai dari fashion show kebaya beberapa tahun lalu, sampai flyingboarding seperti yang mereka lakukan tahun ini.
—
Cheers to all polwan in Indonesia!
Baca juga: