RS Al-Shifa merupakan rumah sakit terbesar di Gaza.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan bahwa Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza nggak lagi berfungsi sebagai rumah sakit.
Tedros menyoroti bahwa rumah sakit tersebut tak lagi terhubung ke listrik dan air selama 3 hari dan juga tak mendapatkan layanan internet yang layak, membuat WHO kesulitan memberikan perawatan penting.
Padahal, sebagaimana dilansir Al-Jazeera, RS Al-Shifa merupakan rumah sakit terbesar di Gaza.
“Situasinya sangat serius dan berbahaya. Sudah tiga hari (RS Al-Shifa) tidak mendapatkan listrik, air, dan tak memiliki internet yang layak yang mana sangat menghambat kemampuan kami untuk memberikan perawatan penting,” ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam pernyataan Twitter pada Senin (13/11/2023).
“Penembakan dan pengeboman yang terjadi secara terus-menerus di area tersebut memperparah keadaan yang sudah sangat kritis. Dan tragisnya, angka kematian pasien meningkat secara signifikan. Dengan sangat menyesal, rumah sakit tersebut tak lagi berfungsi sebagai rumah sakit,” lanjutnya.
.@WHO has managed to get in touch with health professionals at the Al-Shifa hospital in #Gaza.
The situation is dire and perilous.
It's been 3 days without electricity, without water and with very poor internet which has severely impacted our ability to provide essential…
— Tedros Adhanom Ghebreyesus (@DrTedros) November 12, 2023
Ruang Operasi di RS Al-Shifa Nggak Lagi Bisa Digunakan
Direktur RS Al-Shifa, Dr. Muhammad Abu Salmiya, mengungkapkan bahwa tidak ada satupun ruang operasi di rumah sakit itu yang berfungsi imbas kekurangan listrik.
“Ruang operasi benar-benar tidak bisa digunakan, dan sekarang yang terluka datang kepada kami dan kami tidak bisa memberikan apa-apa kepada mereka kecuali pertolongan pertama. Siapapun yang membutuhkan operasi meninggal dunia, dan kami tidak bisa melakukan apapun padanya,” kata Direktur RS Al-Shifa, Dr. Muhammad Abu Salmiya dalam Al-Araby TV pada Minggu (12/11/2023), dikutip dari CNN.
Kematian di Gaza Tembus 11 Ribu Orang
Kementerian Kesehatan di Gaza menyebutkan bahwa kematian warga Palestina akibat serangan Israel di Jalur Gaza telah mencapai 11.078 jiwa.
“Korban tersebut termasuk 4.506 anak, 3.027 perempuan, dan 678 lansia, sementara 27.490 orang terluka,” ungkap Juru Bicara Kemenkes di Gaza Ashraf al-Qudra pada Jumat (10/11/2023), dikutip dari Anadolu Agency.
Respons Pemerintah RI Soal Situasi di Palestina
“Dalam satu bulan ini telah terjadi kekejaman di Palestina dan dunia seolah benar-benar tidak berdaya. Lebih dari 7,9 miliar penduduk dunia, lebih dari 190 pimpinan negara, tapi sampai saat ini tak satu pun yang mampu hentikan kekejaman di tanah Palestina,” ujar Presiden RI Joko Widodo dalam pernyataan Twitter pada Minggu (12/11/2023), kala menghadiri Konferensi Tingkat-Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
Jokowi Ungkap 4 Hal Mendesak Untuk Respons Situasi di Palestina
- Pertama, gencatan senjata segera dilakukan. Tanpa gencatan senjata, situasi tak akan membaik. Israel telah menggunakan narasi self defense dan terus melakukan pembunuhan rakyat sipil.
- Kedua, bantuan kemanusiaan dipercepat dan diperluas jangkauannya, lebih bisa diprediksi dan berkelanjutan. Situasi kemanusiaan di Gaza sangat memprihatinkan.
- Ketiga, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) harus menggunakan semua lini untuk menuntut pertanggungjawaban Israel terhadap kekejaman kemanusiaan yang telah dilakukan.
- Keempat, OKI harus mendesak agar perundingan damai segera dimulai kembali demi terwujudnya solusi dua negara dan menolak pemikiran solusi satu negara.
Sumber: Pernyataan Twitter Presiden Joko Widodo kala menghadiri KTT Luar Biasa OKI pada Minggu (12/11/2023).
Dalam satu bulan ini telah terjadi kekejaman di Palestina dan dunia seolah benar-benar tidak berdaya. Lebih dari 7,9 miliar penduduk dunia, lebih dari 190 pimpinan negara, tapi sampai saat ini tak satu pun yang mampu hentikan kekejaman di tanah Palestina.
Di hadapan pemimpin… pic.twitter.com/lXIronjANT
— Joko Widodo (@jokowi) November 12, 2023
Apa Itu Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)?
Organisasi Kerja Sama Islam merupakan organisasi yang berupaya menjaga dan melindungi kepentingan dunia Muslim dengan semangat mempromosikan perdamaian internasional dan harmoni dengan berbagai bangsa di dunia.
OKI menaungi 57 negara di empat benua. Indonesia, Malaysia, Turki, dan Uni Emirat Arab merupakan beberapa negara yang masuk dalam organisasi ini.
Sumber: Situs Resmi OKI
TL;DR
Agresi Israel ke wilayah Gaza semakin parah. Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus bahkan menyebutkan bahwa Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza tidak bisa berfungsi sebagai rumah sakit.
Tak hanya itu, Kementerian Kesehatan di Gaza mengungkapkan kematian warga Palestina akibat serangan Israel di Jalur Gaza telah mencapai 11.078 jiwa.
(Photo courtesy by AFP)