Sales anjlok
Awal tahun ini jadi awal tahun yang buruk buat bisnis, dengan virus Corona sebagai penyebab utamanya.
Penjualan perusahaan Jerman ini sebenarnya tergolong cukup kuat di tiga minggu pertama tahun 2020, namun selama tahun baru Cina hingga akhir Februari lalu penjualan adidas di Cina, Taiwan dan Hong Kong anjlok hingga 80% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Kerugian adidas ini diperkirakan akan terus berlangsung selama bulan Maret, dengan nilai kerugian berkisar dari EUR800 juta hingga EUR1 miliar (sekitar IDR13,2 triliun hingga IDR14,7 triliun).
Dilansir dari Bloomberg, Kepala Eksekutif Adidas Kasper Rorsted juga memperkirakan penurunan penjualan juga bakal terjadi di luar Cina, Taiwan dan Hong Kong. Penjualan Adidas juga diprediksi melambat di Jepang dan Korea Selatan.
“Kami prihatin dengan kondisi di 2020, tetapi kami juga yakin bahwa wabah virus ini akan berlalu,” kata Rorsted.
Nilai saham juga anjlok
Kerugian ini juga berpengaruh pada penurunan nilai saham Adidas. Setelah mengalami penurunan yang konstan, Rabu 11 Maret 2020 lalu nilai saham Adidas akhirnya mencapai nilai penurunan hingga 10%.
Jika saja wabah virus Corona ini nggak terjadi, Adidas diproyeksikan mengalami pertumbuhan pejualan 6% hingga 8% tahun ini. Persentase tersebut lebih tinggi dari tahun lalu dengan pertumbuhan 5% hingga 8%.
Walaupun punya persentase penurunan nilai saham tertinggi, Adidas bukan satu-satunya yang merugi. Hal serupa juga terjadi pada Nike dan PUMA dengan persentase penurunan nilai saham 3% dan 3.2%.
Pulih bertahap
Aktivitas toko dan gudang Adidas akan dibuka secara bertahap. Untuk mencegah banyaknya produk yang tidak laku di pasaran, Adidas membatalkan semua pengiriman grosir ke retailer pada Februari dan mungkin mengambil kembali sejumlah besar stok barang dari para mitranya. Nantinya, stok tersebut pun akan dijual di gerainya sendiri di akhir tahun ini.