Dikenal dengan produk minimalis, Muji mendambah daftar perusahaan yang bangkrut
Entitas merek ritel asal Jepang, Muji, belum lama ini mengajukan kebangkrutan dan menambah daftar perusahaan di Amerika Serikat yang berdampak karena pandemi Covid-19.
Muji mengklaim kalau perusahaan mereka mengalami kesulitan untuk bisa membayar harga sewa yang begitu tinggi untuk beberapa titik toko retail di lokasi “terbaik“.
Muji USA Sudah ajukan kebangkrutan
Sejak pertama kali diperkenalkan ke publik di Amerika Serikat, sampai dengan tahun lalu, Muji hanya memiliki 19 outlet di lokasi kenamaan seeperti ‘New York’s Time Squre dan 5th Avenue.‘
Alasan itu menjadi faktor tingginya biaya sewa yang harus dibayarkan oleh Muji dan meskipun penjualan mereka terus meningkat, pada dasarnya mereka mengalami kesulitan untuk menutupi biaya tersebut.
Satoru Matsuzaki selaku Presiden dari Ryohin Keikaku, perusahan yang mengelola Muji menjelaskan kalau tujuan pembukaan Muji di Amerika Serikat memang awalnya bertujuan untuk memperluas pengenalan orang akan Muji.
Namun usaha untuk bisa bertahan dengan menurunkan biaya sewa tidak menemui titik temu dan pada akhirnya seperti dilansir Bloomberg, MUJI U.S.A. Ltd., yang dioperasikan oleh Ryohin Keikaku Co., sudah mengajukan kebangkrutan Chapter 11 di Pengadilan Negara Bagian Delaware.
Muji sendiri mencatatkan kepemilikan aset dan liabilitas dalam kisaran US$50 juta sampai US$100 juta, dan meliki kewajiban (utang) terhadap 200 hingga 999 kreditor.
Selain pandemi Covid-19, ternyata ada alasan lain kenapa Muji bangkrut
Sama halnya dengan beberapa perusahaan lain yang pada akhirnya bangkrut, Muji juga terkena dampak dari pandemi Covid–19, di mana sejak Maret 2020, sebagian besar toko di Amerika Serikat sudah ditutup sebagai upaya pemutusan mata rantai penyebaran Covid–19.
Namun ternyata selain itu, alasan lain kenapa Muji di Amerika Serikat mengalami gunjangan adalah karena kebiasaan perilaku konsumen di Amerika Serikat yang berbeda dengan di Jepang. Sebagian besar konsumen di sana memilih untuk membeli produk ‘serupa‘ dari China dengan harga yang lebih murah dan sering kali Muji dianggap sebagai brand yang overpriced.
Selain itu Muji sendiri memang sedikit tertinggal dalam penjualan digital yang saat ini menjadi kebiasaan baru di era new normal.
Tidak terlalu berdampak pada Muji di Jepang
Pengajuan kebangkrutan yang dilakukan Ryohin Keikaku untuk Muji .U.S.A. Ltd., sepertinya tidak memiliki dampak yang begitu signifikan bagi beberapa regional lain, khususnya di Jepang.
Perusahaan tersebut berencana untuk terus memperluas jaringan mereka secara global dengan target 1.138 toko sampai Agustus tahun 2021, dan saat ini mereka memiliki kisaran 970 toko yang tersebar di beberapa negara.
Source : Nikkei Asian Review
—
Pengajuan kebangkrutan Muji sendiri terjadi tidak lama setelah Brooks Brother juga dilaporkan mengajukan kebangkrutan beberapa hari sebelumnya.