Bukan hanya online/e-commerce, tapi juga di toko retali/offline
Sering kan nemuin barang belanjaan yang harga dibanderol dengan angka ganjil, sebut aja digit terakhirnya IDR.9.000,- atau IDR.9.999,- dan terkadang saat melihat angkat tersebut, umumnya Lo akan berpikir ‘kenapa yah dibikin kaya gitu?‘ atau ‘kenapa sih gak dibuletin aja?‘.
Menariknya pemilihan angka tersebut dipilih para penjual bukan karena sekedar ingin atau “asal–asalan“, melainkan ada penjelasan dan semuanya sudah terbukti valid dan “berhasil“.
Ini alasan kenapa harga jual sering dibiarkan ‘ganjil’
Bedasarkan contoh data conversion rate dari e-commerce Gumroad Conversion rate : persentase jumlah orang yang beli dibandingkan dengan mereka yang melihat, Harga yang lebih rendah (ganjil) menunjukan tingkat penjualan lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga yang ‘bulat‘.
Menarik bukan? Meskipun selisihnya hanya 1 sen, bahkan ada juga yang penjualannya meningkat sejauh dua kali lipat.
Welcome to the ‘left-digit effect’
Perihal soal peningkatan penjualan yang terjadi pada angka ganjil dikenal juga dengan ‘the left-digit-effect‘, di mana digit paling kiri yang secara tidak proporsional dapal mempengaruhi persepsi sesorang atau calon pembeli terhadap harga jual itu sendiri.
Misalnya angka ‘1‘ pada harga IDR.199.000,- lebih mempengaruhi persepsi orang terhadap harga itu sendiri jika di bandingkan dengan angka ‘9‘nya. Efek tersebut akan semakin efektif ketika digit paling kiri berubah, misalnya perbedaan antara harga IDR.359.000,- dengan IDR.360.000,-.
Karena semakin ke kiri, angkanya akan semakin penting terhadap persepsi kita mengenai harga barang tersebut, jadi secara tidak langsung orang akan mengalihkan perhatian mereka terhadap angka yang ada di paling kiri dari sebuah label harga.
Source : Twitter @NgomonginUang
—
Wow! Meski terdengar aneh, tapi sepertinya riset dan angka di atas bisa relate banget dengan kehidupan sehari-hari.
Coba ingat-ingat seberapa sering Lo “terjebak” dan berujung membeli sebuah barang karena harganya yang ganjil?