Weekend lalu, Jakarta dan sekitarnya kembali dilanda hujan deras. Pasangan-pasangan ini terpaksa harus menikah di tengah banjir.
Banjir gak cuma merendam rumah, acara pernikahan yang udah disiapin jauh-jauh hari ini juga jadi korban.
Meski begitu, hal ini gak mengurangi semangat pasangan pengantin yang udah merencanakan pernikahan mereka.
Baca juga: Wisata Luar Angkasa? Perusahaan Ini Tawarkan Harga yang “Paling Murah!”
Digiring dengan bak mandi bayi dan ember
Sambil menggunakan bak mandi bayi dan ember, warga di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan gotong royong menggiring pasangan ini ke KUA.
Warga juga antusias memeriahkan pernikahan pasangan ini sambil berbaris dan bersalaman dengan kedua mempelai.
Hingga saat ini, video yang diupload ke twitter itu mendapat dua ribu retweets dan 15 ribu likes. Banyak juga netizen yang terharu dan prihatin atas kejadian ini.
Pagi ini tetangga gw sukses menembus banjir buat nikah…walau hrs pake bak bayi 🤣 #banjir pic.twitter.com/OJvRihXujl
— windy satria (@windysatria) February 20, 2021
Baca juga: ‘Behind Her Eyes’, Plot Twist-nya Bikin Geleng-Geleng
Menikah di tengah banjir juga, diantarkan dengan perahu karet
Selain di Mampang Prapatan, pasangan di Pondok Hijau Permai, Bekasi Timur juga memilih tetap melangsungkan momen sakral ini.
Walaupun harus menerjang banjir, Deni Indra dan Diana Nabila diantar teman-temannya dengan perahu karet setelah menunaikan akad.
Sambil ngasih wejangan, “sahabat sejati adalah teman-teman yang ada selalu di saat senang dan susah, bahkan mengantarkanmu sampai ke hari bahagiamu.”
Congratulations on your wedding!
Banjir yang cukup parah, warga gugat pemprov DKI Jakarta
Gak cuma mengorbankan pernikahan, sejumlah pengusaha di Kemang juga ikut merasakan keresahan akibat banjir.
Isu ini diawali Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA), yang menduga banjir di Ibu Kota terjadi karena sistem saluran air (drainase) yang gak terawat sehingga gak berfungsi dengan baik.
Bahkan, ketua FAKTA, Azas Tigor Nainggalon juga sempat mengkritik ketidaksigapan Pemprov DKI dalam menangani banjir kali ini. Warga tidak tahu harus melapor atau meminta pertolongan kemana.
“Berarti pemerintah provinsi dan gubernurnya sampai hari ini belum juga mempersiapkan sistem peringatan dini (early warning system) dan sistem bantuan darurat (emergency response system) untuk menolong warga. Kecerobohan ini bisa dipersoalkan dan digugat secara hukum oleh warga korban banjir,” kata Azis. Baca selengkapnya di sini!