Wabah penyakit aneh ‘Dancing Plague’ bikin penderita berjoget sampai meninggal!
Meski terdengar aneh, nyatanya wabah ini sempat menjadi salah satu yang ‘mematikan’. Menariknya wabah ini sempat terjadi jauh sebelum pademi Covid-19 mencuri perhatian masyarakat.
Berbeda dengan Covid-19 yang membuat penderita sesak napas dan berujung kematian, Dancing Plague akan membuat penderita berjoget dengan sendiri tanpa berhenti sampai akhirnya mati kelelahan.
Wabah penyakit aneh ‘dancing plague’ pertama terungkap pada tahun 1518
Wabah menari yang dikenal dengan ‘dancing plague’ sendiri pertama kali diderita oleh seorang wanita bernama Troffea. wabah tersebut munculu di wilayah Strasbourg, Prancis pada Juli 1518.
Secara mengejutkan, Troffea muncul ke publik sembari menari-menari, padahal saat itu tidak ada alunan musik yang sedang diputar.
Karena belum mengetahui bahwa itu adalah sebuah wabah, traina Troffea menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat di sekitar lokasi.
Sayangnya, ternyata itu bukanlah sebuah hiburan. Pasalnya, Troffea terus menari berhari-hari tanpa henti. Anehnya lagi, satu per satu orang mulai mengikutinya, sampai akhirnya jumlahnya mencapai ratusan.
Mereka menari tanpa henti, bahkan menolak untuk makan dan minum. Akibatnya, satu per satu dari sekitar 400 ratus orang itu akhirnya meninggal.
Sebagian besar dari mereka meninggal karena menderita serangan jantung, stroke dan kelelahan ekstrem. Sayangnya, pertanyaan kenapa orang bisa menari-nari seperti orang gila ini tidak ditemukan jawabannya.
Peneliti gagal menemukan alasan, wabah ini dikaitkan dengan sebuah mitos
Menanggapi kejadian itu, para peneliti kemudian melakukan serangkaian analisis. Namun, setelah sekian lama, mereka tidak dapat menemukan satu jawaban yang benar-benar konkret.
Para peneliti hanya menyebutkan penderita dancing plague kemungkinan mengkonsumsi makanan tertentu sehinggah menimbulkan efek yang demikian. Salah satu hipotesa yang paling terkenal adalah ‘hot blood‘.
Meski demikan tidak ada satu kesimpulan yang dapat menjadi jawaban dari wabah itu. Teori lain justru mengaitkan wabah dancing plague dengan seh mitos gaib.
Sebuah cerita menyebut kalau dancing plague adalah semacam upaya untuk menyembuhkan penyakit. Selain itu ada pula yang mengaitkan wabah itu dengan ritual dari aliran kepercayaan tertentu.
Fenomena dancing plague terkait dengan situasi dunia yang ‘buruk’
Tidak disangka, wabah ini kemudian menyebar hampir ke seluruh negara di Eropa. Sebut saja Jerma, Inggris dan negara Eropa lainnya.
Fenomena ini lantas mengakibatkan angka kematian di Eropa melonjak secara drastis. Pasalnya, hampir setiap hari ada orang yang meninggal karena menari berhari-hari tanpa henti.
Meski menjadi misteri, seorang ahli sejarah kedokteran di Michigan State University, John Waller dalam buku berjudul ‘A Time to Dance, A Time to Die’ menuturkan fenomena itu berkaitan erat dengan perubahan kehidupan di Strasbourg.
Dijelaskan bahwa pada saat itu, dunia tengah menghadapi banyak ketidakpastian dan dirundung dengan berbagai peristiwa buruk. Mulai dari gagal panen, kelaparan, kemunculan penyakit cacar dan berbagai penyakit mematikan lain.
Menurutnya, dancing plague ini merupakan salah satu respon otak terhadap kesengsaraan, sugesti dan kepercayaan.
“Otak di bawah tekanan berat selalu menghasilkan sensasi dan perilaku tertentu, walaupun di luar kehendak sendiri, memunculkan pemikiran dan keinginan penderita serta masyarakat di sekitar mereka,” tuturnya seperti dilansir Historia.
—
Waduh, ngeri juga yah!