Lukisan tertua tersebut mengelupas
Lukisan tertua dunia yang berlokasi di Sulawesi terancam rusak dan menghilang karena perubahan iklim.
Karena itu, para arkeolog harus bekerja sama dengan peneliti pun harus bekerja sama untuk mempertahankan gambar goa yang berlokasi di kawasan kars Kabupaten Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan tersebut.
Baca juga: Laurel Hubbard, Atlet Transgender Pertama di Olimpiade
Karena garam geologi hingga faktor alam
Menurut pakar seni cadas Indonesia, Basrah Busran perubahan iklim bisa memproduksi garam geologi dan bisa mengelupaskan gambar di dinding goa ini.
“Pengelupasan terjadi akibat adanya aktivitas garam di bawah permukaan kulit batu. Mulai dari peresapan, kapilarisasi, pengendapan dan pelarutan mineral garam alam mendesak kulit batu untuk terkelupas,” jelas Basrah, mahasiswa doktoral arkeolog Griffith University Australia ini, Selasa (22/6).
Bukan cuma faktor alam, peningkatan suhu global juga disebut-sebut jadi alasan kerusakan karya tersebut. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Unit Balai Pelestarian Cagar Budaya Kars Maros-Pangkep.
“Pembukaan lahan dan aktivitas destruktif terhadap lingkungan kars, diduga kuat turut berkontribusi besar atas terjadinya fluktuasi suhu kawasan,” ujar Rustan.
“Faktor lainnya yang juga turut berpengaruh terhadap kerusakan lukisan cadas situs Maros-Pangkep ini adalah faktor lingkungan sekitarnya. Sebagian besar gua-guanya berdampingan tempat tinggal warga, hal tersebut mengancam hilangnya lukisan tertua ini,” jelasnya.
Baca juga: Payung Ini Bisa Berfungsi Ganda Sebagai Jas Hujan
Penemuan lukisan tertua dunia di Sulawesi
Lukisan gua tertua di Sulawesi tersebut diperkirakan berusia lebih dari 45 ribu tahun.
Kreasi tersebut dibuat dengan pigmen merah tua dari tanah liat. Wujudnya menyerupai babi liar dengan ukuran panjang 136cm dan lebar 54cm.
Para ahli meyakini lukisan tersebut sebagai bagian dari sebuah adegan narasi yang dibuat penduduk setempat zaman dulu.
“Orang-orang yang membuatnya sudah sangat modern, mereka seperti kita, mereka punya semua kapasitas dan alat untuk membuat lukisan apa pun yang mereka suka,” kata Maxime Aubert, salah satu penulis laporan yang diterbitkan di jurnal ilmiah Science Advances.
Meski Aubert memperikirakan lukisan tersebut berusia 45.500 tahun, ia tak menutup kemungkinan jika karya tersebut berusia lebih tua.
-
Toyoni, Danau Jepang yang Terbentuk Seperti Hati Secara Alami
-
Tamagotchi Muncul Lagi Dalam Bentuk Smartwatch, Mau Coba?
-
KRL Akan Tes Antigen Acak Penumpangnya