Ahli biologi minta pemerintah stop dulu penggunaan alat tes Covid-19 GeNose
Ahli Biologi Molekuler, Ahmad utomo minta pemerintah untuk menghentikan GeNose sebagai alat tes Covid-19. Padahal, Genose menjadi syarat perjalanan pada semua mode transportasi sejak 1 April 2021.
Penggunaan ini tertulis berdasarkan Surat Edaran (SE) nomor 12 tahun 2021, tentang ketentuan Perjalanan Orang Dalam Negeri selama masa pandemi. Terkait penghentian GeNose, Utomo mengatakan hal ini karena hasil validasi eksternal dari kampus merdeka belum juga muncul.
Rencana validasi eksternal ini sebelumnya bakal dilakukan secara independen oleh tim peneliti dari institusi non-UGM dan berlangsung hingga April 2021.
“Ini sudah Juni, sejak Februari belum ada hasilnya. Ini kampus kita benar-benar merdeka ndak untuk melaporkan hasilnya,” kata Utomo kepada Kompas.com, Senin (21 Juni).
Baca juga: Positivity Rate PCR Indonesia di Atas 50 Persen, 1 dari 2 Orang Hasilnya Positif
GeNose menjadi alat verifikasi selama perjalanan waktu mudik
Sejumlah warganet juga membagikan testimoni para calon penumpang moda transportasi yang menggunakan GeNose. Beberapa menggunakan alat tes ini demi mendapatkan hasil yang negatif. Lantaran mereka mendapat hasil positif pas swab antigen.
Menurut dugaan Utomo, ledakan kasus Covid-19 belakangan ini terjadi karena penularan dari orang-orang yang bepergian.
“(GeNoSe) harus dihentikan. Kita harus mencari masalah ledakan kasus, semua potensi masalah harus dicari. Apalagi tes kita masih lemah, tracing lemah, apalagi orang bisa ke mana-mana hanya berdasarkan GeNoSe,” jelas dia.
Sebagai gantinya, ia menyebut screening perjalanan bisa dengan alat baku yang udah Organisasi Kesehatan Dunia setujui, yaitu PCR dan antigen. Selain itu, ia juga menegaskan rekomendasi untuk menghentikan GeNose ini berdasarkan hasil validasi eksternal yang belum keluar, bukan karena akurasi.
Karena banyak faktor juga PCR bisa meleset, tapi Indonesia boleh beda dengan negara lain
Beda dengan alat deteksi Covid-19 lainnya, alat ini menggunakan embusan napas untuk mendeteksi virus tersebut. Hasil pemeriksaan alat yang menggunakan sistem kecerdasan buatan ini klaimnya bisa selesai dalam waktu sekitar 80 detik.