Pemerintah China melarang bimbel dan les privat beroperasi untuk mengurangi beban orang tua
China secara resmi mengumumkan larangan operasn lembaga bimbel dan les privat pelajaran utama di Sekolah (24 Juli).
Berdasarkan laporan pemerintah, melansir dari kantor berita Xinhua, menuturkan salah satu alasannya adalah demi mengurangi beban finansial keluarga. Selama ini, beban finansial karena biaya pendidikan dinilai Beijing menyebabkan angka kelahiran menurun.
Karena aturan ini, semua institusi yang menawarkan bimbingan belajar untuk kurikulum sekolah bakal terdaftar sebagai organisasi nirlaba atau non-profit. Selain itu, pemerintah China juga gak akan mengeluarkan izin untuk lembaga bimbel baru.
Pemerintah China akan mengawasi secara ekstra
Perusahaan bimbel online akan menjadi sasaran pengawasan ekstra pemerintah. Selain menjadi lembaga non-proft, pemerintah juga melarang bimbel mengadakan kegiatan setelah sekolah, akhir pekan, hari libur, dan liburan sekolah.
Lembaga bimbel berbasis kurikulum juga dilarang untuk mengambil keuntungan melalui pencatatan.
Karena adanya perubahan aturan ini, bisnis pendidikan swasta terancam rugi miliaran dolar. Sebagaimana melansir dari Reuters, modal publik dan swasta senilai US $ 120 miliar telah diinvestasikan pada sektor pendidikan privat China yang kompetitif dalam beberapa tahun terakhir.
Sub-indeks pendidikan China turun 14 persen
Sub-Indeks industri pendidikan China juga mengalami penurunan sebanyak 14 persen pada awal pekan ini. Perusahaan TAL Education Group memperkirakan aturan baru ini akan berdampak material yang merugikan layanan bimbingan belajar.
Menurut TAL, aturan ini bisa mempengaruhi operasi dan prospek perusahaan.
Beberapa perusahaan pendidikan lainnya seperti Gaotu Techedu, New Oriental Education & Technology Group, Koolearn Technology Holding, Scholar Education Group, dan China Beststudy Education Group juga membuat pernyataan yang senada.
Meski begitu, pihak lembaga pendidikan swasta dan bimbel mengaku belum mendapat rincian dari aturan dari pihak berwenang.
“Dalam jangka panjang, ini jelas merupakan kabar baik bagi anak-anak karena mereka tidak harus membenamkan diri dalam pekerjaan rumah yang tak ada habisnya,” kata Zhu Li, salah satu orang tua di Distrik Haidian di Beijing.
“Tapi di sisi lain, mungkin ini juga tidak terlalu bagus jika mereka gagal masuk universitas yang bagus,” ujarnya.