Covid-22 belakangan mencuri perhatian banyak orang. Lantaran disebut lebih berbahaya dan mematikan dari varian Delta yang saat ini tengah ‘merajarela’.
Dengan penularan yang lebih cepat dibanding varian lain seperti Alfa dan Beta serta virus pertama yang ditemukan di Wuhan, China, varian Delta mendominasi penularan.
CDC menunjukan mereka yang terjangkit varian Delta rata-rata bisa menularkan kepada 8-9 orang. Sementara WHO menunjukan mutasi varian Delta menyebabkan varian ini 55 persen lebih mudah menular dari Alfa.
Lantas bagaimana dengan varian baru Covid?
Asal muasal istilah Covid-22
Istilah ini pertama dilontarkan oleh ilmuwan berbasi di Zurich, Swiss, Profesor Imunologi dari Universitas ETH, Sai Reddy.
Jadi istilah ini bukan ditetapkan secara resmi oleh WHO. Istilah tersebut dilontarkan dalam wawancara dengan koran berbahasa Jerman-Swiss, Blick terkait pandemi. Awalnya ia menyebut keparahan penularan varian Delta membuat Covid-19 makin buruk di 2021.
“Ini bukan lagi Covid-19, saya akan menyebutnya Covid-21,” jelasnya saat ditanya mengenai program vaksin dan seberapa gawat tingkat penularan varian Delta.
Dirinya kemudian berkomentar soal fase pandemi berikut pada 2022 yang kemungkinan akan menghadirkan varian yang lebih berbahaya akibat mutasi varian virus.
“Akan jadi masalah besar di tahun depan. Covid-22 bisa lebih buruk,” tuturnya.
Apa maksud Covid-22 lebih berbahaya?
Isitilah ini digunakan untuk menjelaskan jika varian Covid-19 pada 2022 bisa bermutasi lebih ganas dari varian Delta.
Diperkirakan akan muncul varian baru tahun depan yang lebih berbahaya, mematikan dan menular dari Delta.
Kendati demikian, istilah itu merujuk pada virus corona SARS-CoV-2. Sehingga istilah Covid-22 digunakan karena ada kemungkikan muncul varian baru SARS-CoV-2 pada tahun 20202.
“Covid-22 bisa lebih buruk dari apa yang kita saksikan sekarang. Jika muncul, kita harus mengenalinya sedini mungkin dan produsen vaksin harus beradaptasi dengan cepat,” tutur Sai.
Dari pernyatan tersebut istilah Covid-22 ditekankan pada “kemungkinan”.
Masih spekulasi
Profesor Lawrence Young, virologis dari Universitas Warwick pun menyebut perkiraan itu masih terlalu dini.
Covid-22 menakutkan dan sangat spekulatif,” tuturnya. Sebab, menurutnya mutasi kombinasi strain dari berbagai varian virus yang ada ini sangat kecil kemungkinannya.
“Itu tidak berarti kita harus lengah tentang generasi varian baru. Kita sudah belajar bagimana dampak varian Alpha dan Delta,” tuturnya.
Ia menyarankan cara terbaik menghentikan virus corona bermutasi menjadi varian baru adalah dengan menghentikan virus menginfeksi manusia. Ia mendorong semua orang agar tidak saling menularkan satu dengan lainnya.
Virus yang meular itu bisa bermutasi dan menjadi lebih ganas. “Sangat perlu membuat dunia divaksinasi,” tuturnya.
Klarifikasi Prof Reddy
Setelah isu meluas, Prof Reddy lantas memberi klarifikasi terkait istilah Covid022 yang membuat cemas warga dunia.
“Terdapat banyak kebingungan terkait istilah (Covid-22) yang saya gunakan dalam wawancara. Tidak akurat menyebutnya Covid-22. Karena nama dan istilah resmi penyakit yang diakibatkan SARS-CoV-2 adalah Covid-19,” tuturnya.
Ia juga meluruskan bahwa maksud pernyataan yang ia lontarkan dengan Covid-22 adalah kemungkinan Covid-19 pada awal Januari sampai Maret 2022 bisa lebih buruk dari 2021.
Alasan Covid-19 bisa lebih buruk pada 2022
Terkait prediksi Covid-19 lebih buruk pada 2022, Sai membeberkan beberapa alasannya
- Kemunculan varian Delta menunjukan terjadinya peningkatan penularan, sehingga virus lebih menular antar manusia.
- Adanya potensi muncul dan menyeber varian baru yang memiliki mutasi pada ‘spike protein’. Hal itu menyebabkan virus lolos dari deteksi antibodi.
- Terdapat sejumlah orang yang tidak divaksinasi pada berbagai negara Eropa. Selain itu pemerintah mulai melonggarkan berbagai pembatasan yang membuat virus lebih menular.
—
Serba salah, longgar dikit kemungkinan naik selalu ada. Jadi kudu piye iki?