LRT atau Light Rail Transit dipastikan telah mendapatkan izin untuk beroperasi secara resmi. Direktorat Jendral Perkeretaapian Kementerian Perhubungan akhirnya merampungkan semua persyaratan dan administrasi yang dibutuhkan bagi moda kereta api ringan beroperasi secara resmi.
Dalam keterang pers antaranews, Direktur Keselamatan Perkeretaapian Kemenhub Edi Nur Salam menyebut beberapa izin yang dimaksud adalah sertifikasi kelaikan sarana LRT, sertifikasi prasarana tahap rekomendasi teknis, penilaian aspek keselamatan operasional.
Edi juga menekankan bahwa prasarana berupa jalur dan bangunan serta fasilitas operasi LRT Jakarta telah dinyatakan layak beroperasi secara fungsional tinggal menunggu langkah dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Namun sebelum menggunakan LRT tahukah perbedaan dari kegunaan LRT, MRT dan KRL? Simak Perbedaannya berikut
1. LRT
LRT merupakan singkatan dari Light Rapid Transit yang artinya jenis angkutan rel ringan. LRT Jakarta merupakan rangkaian kereta yang terdiri dari maksimal tiga kereta. Setiap rangkaian kereta hanya bisa mengangkut maksimal 628 orang penumpang. Untuk perlintasan LRT memiliki 7 koridor yaitu Kebayoran Lama-Kelapa Gading dan Kelapa Gading-Kemayoran-Pesing-Bandara Soekarno-Hatta. Semua perlintasan LRT di Jakarta direncanakan dibangun dengan jalur layang (elevated). Ini berbeda dengan perlintasan MRT yang dibangun dalam dua jenis, yakni layang dan bawah tanah (underground).
2. MRT
MRT adalah singkatan dari Mass Rapid Transit yang artinya jenis angkutan rel cepat terpadu dengan jumlah yang cukup banyak. Perbedaannya adalah daya angkut MRT jauh lebih banyak dimana Direktur Utama PT MRT Jakarta Dono Boestami mengatakan dapat mengangkut 1950 penumpang. Untuk perlintasan MRT di Jakarta terdapat rute dari Lebak Bulus- Sisingamangaraja-Bundaran HI dengan jalur layang Lebak Bulus- Sisingamangaraja dan untuk jalur bawah tanah Sisingamangaraja-Bundaran Hi.
3. KRL
Kereta Rel Listrik yang bergerak dengan sistem propulsi motor listrik. Di Indonesia, kereta rel listrik terutama ditemukan di kawasan Jabotabek, dan merupakan kereta yang melayani para komuter. Kereta rel listrik pertama kali dipergunakan untuk menghubungkan Batavia dengan Jatinegara atau Meester Cornelis pada tahun 1925. Pada waktu itu digunakan rangkaian kereta rel listrik sebanyak 2 kereta, yang bisa disambung menjadi 4 kereta, yang dibuat oleh Werkspoor dan Heemaf Hengelo. KRL memiliki daya angkut sekitar 400 ribu penumpang per hari, sedangkan untuk perlintasan KRL Jabodetabek sekitar 150 kilometer dengan 67 stasiun.