Kematian anak gajah di Aceh diakibatkan infeksi dan gangguan pencernaan
Seekor anak gajah akhirnya meregang nyawa setelah sempat dirawat di Pusat Latihan Gajah (PLG) di Saree, Aceh Besar.
Belalai satwa tersebut putus karena terjebak jerat. Ia pun mati karena infeksi dan gangguan pencernaan.
Baca juga: LAPAN: Gerhana Bulan Sebagian Terlama Abad ini Akan Terjadi di Indonesia
Sang anak gajah di Aceh terkena jerat pada hari Sabtu lalu
Anak gajah betina tersebut terkena jerat di wilayah Desa Alue Meuraksa, Teunom, Aceh Jaya pada hari Sabtu (13/11) lalu. Namun ia baru ditemukan dan dievakuasi pada hari Minggu pukul 14.00 WIB.
Setelah diperiksa tim medis, anak gajah tersebut pun akhirnya dibawa ke PLG Saree untuk mendapatkan perawatan medis lanjuutan lantaran lukanya yang tergolong cukup parah.
“Tetapi setelah 2 hari dilakukan perawatan, anak gajah liar tersebut tidak dapat bertahan,” jelas Kepala BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Aceh Agus Arianto, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (17/11).
“Ini merupakan kabar yang menyedihkan bagi kita, Di mana harapan baru tumbuh karena berhasil melakukan penyelamatan dan melepaskan bekas jeratan yang tersisa di belalai gajah, namun takdir berkata bahwa penderitaan anak gajah harus berakhir.”
Anak gajah berusia 12 bulan tersebut mati sekitar pukul 08.00 pagi, Selasa (16/11).
Baca juga: McDonald’s Brasil Hadirkan Toilet Unisex di Gerainya, Picu Kontroversi
Imbauan untuk menjaga kelestarian alam
Menanggapi hal ini, Agus pun mengingatkan seluruh masyarakat untuk menjaga kelestarian alam, termasuk satwa liar seperti gajah Sumatera dengan cara tidak merusak hutan yang merupakan habitat berbagai jenis satwa.
Publik diminta untuk tidak menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup ataupun mati.
“Tidak memasang jerat ataupun racun yang dapat menyebabkan kematian satwa liar dilindungi, karena dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan berlaku,” ujar dia.