Sempat terjadi Minggu (14/8), badai Matahari kembali mengarah ke bumi
Badai matahari alias hamburan massa corona (CME) disebut Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) sedang mengarah ke Bumi hari ini (18/8).
Sebelumnya peristiwa serupa juga terjadi pada Minggu (14/8) dimana CME mendekat dengan kecepata 2,1 juta km/jam.
Tidak berdampak pada kondisi Bumi
Meski demikian, ahli menyebut badai tidak terlalu berdampak pada kondisi Bumi.
Untuk diketahui, badai geomagnetik merupakan hasil interasi antara angin Matahari yang berhembus dari corona atau atmosfer bagian atas Matahari, dan medan magnet Bumi.
Lebih lanjut, kedua CME yang saat ini menuju ke Bumi keduanya meledak dari bintik matahari “kompleks” yang disebut wilayah 3078. Wilayah yang terletak di barat daya Matahari ini merupakan wilayah terbesar dan paling aktif pada piringan Matahari yang terlihat
Terlepas dari semua aktivitas di Matahari ini, NOAA memperkirakan tidak ada dampak besar pada dunia teknologi kita karena badai G3 masih relatif lemah.
Badai yang lebih kuat, kategori G4 dan G5 dapat menyebabkan pemadaman listrik, mengganggu hubungan komunikasi satelit, dan bahkan menghancurkan satelit di orbit.
Masih ada dua CME yang dinanti
Sejauh ini peniliti di Space Weather masih menunggu dua CME untuk mencapai Deep Space Climate Observatory (DSCOVR) NOAA.
Saat CME menjapai DSCOVR yang berjarak 1,5 juta kilometer dari Bumi, maka peneliti dapat menentukan gambaran pasti.
Mulai dari kekuatan dan arah medan magnet yang dibawa CME.
FYI, CME merupakan semburan plasma magnet yang lepas dari wilayah bintik Matahari saat garis-garis magnet yang ada di wilayah ini untuk sementara putus.
Sudah banyak yang meletus tapi tidak banyak yang mengarah ke Bumi
Dilansir Live Sciene, faktanya dalam sepekan terakhir sudah beberapa CME meletus dari matahari.
Namun sebagian besar tidak mengarah ke Bumi.
Space juga menuturkan saat ini ada 10 bintik Matahari aktif di bagian Matahar yang terlihat dari Bumi.
—
Let us know your thoughts!