Productive Procrastination: yang bikin lo sibuk walau ada deadline
Pernah nggak sih, ngerasa tiba-tiba pingin beberes atau ngerjain perintilan lainnya walaupun udah dekat deadline kerjaan lain?
Kerjaan yang nggak penting-penting banget malah terasa harus dilakuin saat itu juga.
Seakan-akan energi kita muncul tiba-tiba buat ngelakuin segala hal di dunia, kecuali satu tugas penting yang emang WAJIB dilakuin.
Nah, ternyata perilaku kayak gini ada namanya, yaitu Productive Procrastination.
Berikut hal-hal yang mesti lo tau untuk menghadapi situasi ini!
Bad mood bikin kerjaan nggak kelar-kelar?
Saat kita dihadapkan deadline suatu tugas besar dan sulit, procrastination (menunda) jadi hal yang biasa dan umum dilakuin sebagian besar orang.
Dalam hal ini, suasana hati kita berperan besar dalam tingkat ‘rajin’ atau ‘malas’-nya kita melakukan sesuatu. Perasaan cemas, stress, takut bisa jadi akar dari procrastination.
Menunda pekerjaan bukan sekadar masalah nggak bisa atur waktu. Kalau dilihat dari sisi psikologi, ini merupakan coping mechanism diri kita terhadap perasaan nggak enak dari suatu kerjaan.
Sering kali, kita mengasosiasikan tugas yang sulit dengan perasaan negatif. Jadi, daripada ngerasain hal yang kita takutin, kita lebih milih untuk cuci piring, beberes, dan lakuin kegiatan ‘produktif’ lain yang sebenernya nggak penting-penting amat dilakuin saat itu.
Bahkan, seorang profesor psikologi dari Carleton University Ottawa, Dr. Tim Pychyl pernah bilang begini:
“Menunda-nunda itu soal mengatur emosi, bukan masalah mengatur waktu.”
Ada kalanya productive procrastination bermanfaat
Productive procrastination pun bisa jadi hal yang baik.
Ketimbang malas-malasan dan asal scroll medsos tanpa tujuan, ngelakuin pekerjaan-pekerjaan kecil tentunya jadi pilihan yang lebih baik.
Selain itu, dengan munculnya energi yang datangnya entah dari mana, kita jadi bisa ngelakuin hal yang biasanya justru kita anggap nggak penting dan boring.
Bagaimanapun, semua ini cuma bisa berhasil selagi kita tau batasannya dan tau kapan harus ngelakuin kerjaan utama kita. Make sure, kita juga tau mekanisme yang jelas tentang apa dan kapan yang bakal kita lakuin.
Hal yang penting juga, kita mesti paham kalau kadang badan kita perlu istirahat.
Supaya nggak kelewat deadline…
Emosi dan motivasi itu bersifat sementara, ada cara untuk ‘ngehack’-nya.
Dr. Judson Brewer, Director of Research and Innovation di Brown University Mindfulness Center mengatakan, hal ini bisa bisa kita kita hadapi dengan mengatur emosi dengan cara berbeda.
Menurutnya, otak kita cenderung selalu mencari reward yang berhubungan dengan apa yang kita lakuin. Menunda-nunda, berarti kita belum punya alasan atau reward yang cukup kuat dari suatu kegiatan tersebut.
Untuk bisa get things done dan produktif gimana semestinya, kita bisa akalin dengan menghubungkan tugas atau tantangan itu ke ‘bayaran’ yang lebih besar.
‘Motivasi’ ini emang munculnya dari diri sendiri. Tinggal gimana diri kita bisa menghubungkan antara ‘tugas’ dan ‘reward’-nya.
What are your thoughts? Let us know!