BAPE singkatan dari ‘A Bathing Ape’ merupakan streetwear brand ter-‘hype’ di tahun 2018.
Sama halnya dengan sebagian besar ikon streetwear basis Jepang, BAPE datangan dari distrik yang populer di tahun 90’an, yaitu ura-Harajuku.
Shin Takizawa dengan Neighborhood, Tetsu Nishiyama dengan WTAPS dan Nigo dengan BAPE. Mereka semua saling kenal dan besar dalam satu skena yang sama dan masing-masing mengerjakan brandnya sendiri namun tetap saling support.
Di tahun 1993, Fujiwara Hiroshi merekrut Nigo dan Jun Takahsi untuk membuka ‘Nowhere‘ , sebuah toko ‘butik’ kecil yang terbagi dari dua area. Takahasi dengan Undercover dan ‘punk influence‘, sementara Nigo dengan barang-barang hasil kurasinya.
Saat itu trend ‘neo punk‘ merupakan sesuatu yang sedang happening dan sebagian besar pengunjung lebih sering mengunjung area ‘Undercover‘, di saat itulah Nigo sadar, pentingnya bagi dirinya untuk memilik brandnya sendiri.
Why BAPE/ A Bathing Ape?
Nigo meminta bantuan Sk8thing (Shinichiro Nakamura) untuk memikirkan sebuah konsep untuk brand miliknya, dan setelah menghabiskan waktu selama 5 jam untuk marathon ‘Planet of the Apes‘, akhirnya muncul sebuah konsep awal.
Bentuk original dari muka ‘ape‘ dan dipilihlah nama A Bathing Ape in Lukewarm Water. Nama tersebut merupakan ide dari Nigo, dirinya kemudian merilis beberapa items dengan gaya yang terinfluensi dari gaya vintage Amerika.
Pemilihan nama A bathing ape in lukewarm water ini diambil dari sebuah idiom populer di Jepang, di mana kalimat tersebut sering digunakan untuk mendeskripsikan sesorang yang ‘overindulges‘ (berlebihan), salah satu contohnya adalah seseorang yang berendam di bak dengan air panas sampai air tersebut tidak lagi panas, atau sama seperti anak muda ‘hyper consumptive’ yang akhirnya menjadi image dari brand tersebut.
Pada akhirnya orang lebih sering menyebutnya sebagai ‘A Bathing Ape‘ dan kemudian muncul singkatan yang lebih sederhana yaitu ‘BAPE‘.
Early Days of BAPE
Koleksi pertama yang dirilis oleh A Bathing Ape hanya berjumlah 50pcs t-shirt, dan salah satu alasan utamanya adalah ‘keuangan’. Nigo di masa awal tidak memiliki cukup uang untuk bisa merilis dalam jumlah yang banyak.
Namum alasa lainnya adalah Nigo juga tidak suka kalau setiap orang ‘menggunakan’ barang yang sama. Sehingga munculah ide bahwa BAPE hanya bisa memenuhi 10% dari keseluruhan permintaan yang ada.
Di tahun 1998, stok barang BAPE tersebar di 40 toko yang ada di Jepang, namun Nigo membuat sebuah langkah yang ‘berani’ dengan menarik stock tersebut. Dirinya memilih untuk memfokuskan semuanya pada satu flagship store yang berlokasi di Tokyo.
Langkah tersebut pada akhirnya membuahkan hasil yang luar biasa, dan angka penjualan meningkat pesat. Sejak saat itulah apa yang dilakukan Nigo menjadi sebuah ‘formula‘ ampuh yang digunakan oleh streetwear brand.
‘Hype, Rarerity dan Public Spectacle‘, juga merupakan asal muasal dari budaya ‘antri-mengtri’ dalam dalam skena ‘streetwear‘ yang dikenal sampai saat ini.
Keputusan Nigo bukan hanya meningkatkan angka penjualan, tapi semakin banyak orang yang mencari BAPE namun sulit untuk mendapatkannya, sehingga BAPE bisa dibilang menjadi rare item.
Bahkan ketika salah satu rapper terkenal The Notorious B.I.G dan James Levelle tertangkap kamera menggunakan brand tersebut, BAPE menjadi semakin dicari.
The Golden Era of BAPE
Akhir tahun 90an sampe awal 200an bisa dibilang sebagai golden era dari BAPE. Penjualan di Jepang meningkat pesat dan mulai banyak public figure yang mengenakan brand tersebut, sebut saja The Notorious BIG yang pada akhirnya membawa BAPE masuk ke dalam kultur hip-hop.
Di tahun 2001, BAPE menjalankan sebuah kolaborasi dengan Pepsi, di mana kolaborasi tersebut di luar dari karakteristik brand image yang sudah di bangun oleh Nigo. Itu adalah kolaborasi perdana dengan perusahan besar dan kolaborasi tersebut juga merubah seluruh konsep marketing BAPE, dari ‘langka’ menjadi brand yang bisa dibeli oleh siapapun.
Di awal tahun 2000an lewat Jacob the Jeweller, Nigo diperkenalkan dengan Pharrell Williams yang juga memilik kemiripan ‘taste‘ dalam jewelery. Pharrel memilikin peran yang luar biasa dalam membantu A Bathing Ape untuk bisa ‘besar’ dan sukses di bagian bumi sebelah barat. Persona ‘laidback‘ dan remaja dengan semangat tinggi yang ada pada Pharrel begitu cocok dengan BAPE
Lewatnya, popularitas BAPE kembali meroket dan lagi, BAPE kembali menjadi sesuatu yang ‘hype‘ dan rare di Amerika, karena pada saat itu A Bathing Ape baru memiliki beberapa toko di Asia dan online shopping belum menjadi trend seperti yang terjadi beberapa tahun ke belakang. Pada Akhirnya Nigo membuka toko pertama BAPE di New York tahun 2005, dan di tahun 2006 di Los Angeles.
Di tahun 2005, Pharrell dan Nigo berpartner N*E*R*D dari BBC (Billionaire Boys Club) dan Ice Cream clothing, mereka kemudian menciptakan ‘the flashy‘ , ‘the playful‘ dan ‘oversized aesthetic‘ BAPE yang kemudian menjadi trend di kalangan hip hop fashion milenial.
Selain clothing line, BAPE juga memiliki sneaker yang di sebut dengan ‘BAPESTA‘, sebuah low top sneakers ‘glossy’ yang berbahan dasar neonplastic material. Sepatu tersebut juga meruapakan hotest item di tahun 90an. Tahun 2007, Kanye West mebuat sebuah desain sepatu yang merupakan kolaborasi dengan BAPE, dan karena itulah sepatu tersebut kembali ‘meledak’.
The Downfall of Nigo and Pharrel Partnership
Meskipun Pharrel sukses mebawa BAPE ke level berbeda, namun hal tersebut juga menjadi boomerang bagi BAPE. Pada satu titik brand tersebut bukanlah sesuatu yang unik bagi orang Jepang, dan bahkan orang menilai bahwa memilik BAPE bukan sesuatu yang menarik dan cenderung membosankan.
Pada akhirnya toko di Los Angeles terpaksa tutup di tahun 2010 dan BAPE juga mengalami masa-masa sulitnya. Di tahun yang sama A Bathing Ape memiliki hutang sebesar 2,5 billion yen dan akhirnya Nigo sang CEO mengundurkan diri di tahun 2011, BAPE kemudian di jual ke I.T yang merupakan fashion conglomerate di Hong Kong.
—
Nowadays, Nigo sudah memiliki label tersendiri yaitu Human Made dan belum lama ini dikabarkan juga direkrut oleh Virgil loh.
BACA JUGA: