Perang panjang antara Supreme New York dan Supreme Italia telah menemukan titik akhir. Dalang di balik berdirinya toko Supreme palsu di Italia akhirnya harus menerima hukuman berat lantaran terbukti melakukan penipuan dan pemalsuan.
Keduanya telah melalui proses yang cukup panjang di pengadilan bertahun-tahun. Untuk itu, mari kita lihat apa yang sebenarnya terjadi di antara keduanya.
Supreme New York vs “Supreme” Italia
Kisah panjang ini berawal pada Desember 2019, di mana Samsung baru saja meluncurkan smartphone terbarunya dan mengumumkan untuk berkolaborasi dengan Supreme. Mendengar kabar ini, Supreme New York memberikan respon dengan open statement bahwa yang berkolaborasi dengan Samsung bukan mereka.
Diketahui ‘Supreme Italia’ ini adalah sebuah perusahaan yang bertahun-tahun membuat barang Supreme palsu secara legal. Produksinya dimulai pada tahun 2015, sebulan setelah Supreme New York pertama kali mendaftarkan merek dagangnya di Italia.
Read more:
-
BTS Rilis Lagu Ciptaan Ed Sheeran, “Permission to Dance,” Jadi Penyemangat di Masa Pandemi
-
Kabar Baik Pandemi: Obat Gratis untuk Warga Isoman Hingga Peluncuran Mobil Vaksin Keliling
Mereka memanfaatkan sistem “first-to-file” di mana merek dagang akan diberikan ke pihak pertama mengajukan. Saat itu, Supreme New York sendiri memang belum terdaftar di beberapa negara bagian, salah satunya Italia.
Dalang di balik toko ‘Supreme Italia’, Michele Di Pierro dan anaknya, Marcello bahkan telah mengumpulkan registrasi trademark “Supreme” di sejumlah negara seperti Singapura, Spanyol, San Marino, Italia, dan Indonesia. Hal tersebut mereka lakukan selagi membuka toko di Eropa dan Tiongkok untuk menjual produk palsu secara legal.
Awal Mula Kontroversi Supreme
Produk dari ‘Supreme Italia’ pertama kali muncul di toko pada 14 Januari 2016 di Trade Direct Srl di Florence. Sebuah distributor untuk merek-merek fashion internasional.
Namun, salah seorang penggemar Supreme mulai mempertanyakan keaslian dari produk tersebut. Ia menyadari kalau logo Supreme pada kaos-kaosnya tampak lebih besar dari biasanya.
Sejak saat itu nama ‘Supreme Italia’ mengundang perhatian internasional dan menjadi kontroversi hingga kini. Karena ketersediaan produk asli yang terbatas, banyak pedagang di Trade Direct Srl tidak sadar kalau Supreme New York dan Supreme Italia adalah sesuatu yang berbeda.
Alhasil pada April 2017, pengadilan Milan memvonis Supreme Italia karena dianggap melanggar larangan persaingan tak seimbang. Polisi Italia kemudian dikerahkan untuk menggerebek sejumlah gudang Supreme Italia dan aksi itu dinilai sebagai penggerebekan terbesar di San Marino.
Pada Mei 2018, Supreme New York bergegas untuk mematenkan nama brand-nya di seluruh wilayah Eropa. Nahas pengajuan tersebut ditolak European Intellectual Property Office karena dianggap nama Supreme terlalu deskriptif dan tidak punya karakteristik yang khas.
Penolakan tersebut kemudian memicu vonis pengadilan Milan terhadap Supreme Italia untuk dianulir. Akhirnya pengadilan Trani memenangkan Supreme Italia dan mereka meminta seluruh produk yang telah disita untuk dikembalikan.
Supreme Italia Akhirnya Kalah
Kasus ini berkepanjangan hingga tahun 2020, di mana Chinese Trademark Officer memenangkan gugatan dari Supreme New York. Hal ini membuat ‘Supreme Italia’ harus menutup toko mereka di Shanghai.
Tak hanya itu, sang pendiri, Michelle Di Pierro dan Marcello juga harus mendekam di penjara karena kasus penipuan dan pemalsuan. Diketahui Michelle dijatuhi delapan tahun dan Marcello tiga tahun penjara.
International Brand Firm Ltd milik Pierro juga harus membayarkan denda sebesar 7,5 juta poundsterling kepada Supreme New York. Michele Di Pierro juga menganggap gugatan Supreme asli adalah tuntutan yang “sangat berat dan tidak adil”.
Ia juga mengatakan kalau tuduhan Supreme New York kepadanya adalah tidak masuk akal, tidak berdasar, dan penuh fitnah.
Meski begitu, belum diketahui apakah Supreme New York akan mendapatkan uang ganti rugi tersebut. Mengingat akhir kini Supreme Italia hanya punya 300 poundsterling saat ini.
Source: Urban Sneaker Society, Hypebeast Indonesia, VICE Indonesia, Bloomberg.
_
Gimana tanggapan kalian soal akhir dari perang panjang merek dagang ini?