Apakah lo punya privilege?
Diskusi soal privilege kembali mencuat ke permukaan.
Hal ini dipicu perkataan seorang putri seorang pengusaha besar tentang menghadapi kegagalan bisnis. Ia mengaku pernah merugi ratusan juta hingga sempat mengurung diri di kamar selama berhari-hari.
Ia lalu berusaha optimistis untuk belajar lagi; “high risk, high return” ujarnya.
Namun ujaran tersebut disambut reaksi negatif. Pasalnya boro-boro memulai kembali, kebanyakan dari kita nggak cukup punya resource untuk mendapatkan kesempatan kedua.
Baca juga: Cancel Culture di Antara Satir dan Komedi
Nggak semua orang punya privilege?
Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, menyebutkan kata privilege diserap dari Bahasa Inggris menjadi privilege yang memiliki arti hak istimewa.
Hak istimewa tersebut bisa mengacu ke jenis kelamin, tempat kelahiran, status finansial bawaan, ras, orientasi seksual, kewarganegaraan dan atribut identitas lainnya.
Karena itu, berbeda dengan konsensus yang mungkin beredar, kita semua punya hak istimewa masing-masing.
Lantas gimana caranya kita tau hak istimewa apa yang kita miliki?
Menurut Kimberle Crenshaw, pakar teori ras asal Amerika Serikat, salah satu caranya adalah dengan menggunakan metode intersectionality.
Intersectionality menggambarkan berbagai faktor yang membuat seseorang mungkin dirugikan seperti jenis kelamin, ras, kewarganegaraan, orientasi seksual, dll.
Metode tersebut mengharuskan kita untuk merefleksikan identitas diri, lalu mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari atau pengalaman di masa lalu.
Apakah lo tidak pernah jadi sasaran komentar terkait bentuk tubuh atau fitur fisik lainnya? Jika iya, maka lo punya privilege.
Apakah lo bisa mendapatkan pendidikan dan memilih sekolah? Jika iya, maka lo punya privilege.
Apakah lo memiliki sumber daya keuangan dan kualitas yang sulit dicapai orang lain? Jika iya, maka lo punya privilege.
Baca juga: Indonesia Negara Kedua Asia yang Paling Banyak Punya Kasus Selingkuh
What to do now?
Meski begitu, punya hak istimewa nggak berarti hidup lo bebas masalah.
Fakta bahwa lo punya punya keuntungan hidup tersendiri yang nggak dimiliki orang lain is really is messed up
Nggak heran, ketika lo dituding punya hak istimewa yang nggak dimiliki orang lain, rasanya seperti lo dituduh mengambil keuntungan dari mereka yang tidak memiliki hak tersebut.
Padahal, punya hak istimewa nggak berarti lo menuntut sesuatu dari kelompok lain. Hak tersebut memang menguntungkan lo, tapi lo sendiri nggak pernah minta. It’s just the way it is.
Trus apa yang baiknya kita lakukan?
Jika lo menyadari bahwa lo menikmati hak istimewa, hal pertama yang bisa lo lakukan adalah dengan memberikan suara dan dukungan buat mereka yang yang less privileged.
Sebagai contoh, lo mungkin punya tubuh yang sempurna dan bisa menggunakan fasilitas publik. Namun mereka yang mengidap disablitias mungkin tidak bisa merasakan hal yang sama.
Lo bisa menunjukan semangat suportif dengan berbagi awareness kepada orang-orang yang punya privilege yang sama supaya fasilitas publik bisa lebih aksesibel ke semua orang.
Ngebahas tentang privilege mungkin nggak selalu bikin nyaman. But then again, it isn’t supposed to be.
Namun rasa ketidaknyamanan tersebutlah bisa ngebantu lo untuk lebih aware terhadap inequality yang terjadi di sekitar kita.