Berbasis bluetooth
Aplikasi hasil dari kolaborasi Apple dan Google tersebut sudah dimiliki beberapa negara, termaksud Singapura dan Indonesia. PeduliLindungi adalah nama aplikasi beredar di Indonesia, aplikasi tersebut mampu mendeteksi pergerakan dari pasien positif kepada orang lain yang menggunakan aplikasi serupa di radius dua sampai lima meter.
Aplikasi tersebut juga akan memperingatkan pengunannya kika terpapar dengan virus corona, tapi bagaimana cara kerjanya yah?
Mengandalkan kode kecil
Selama aplikasi berjalan, ponsel akan mencatat ponsel lain yang ada di dalam radius. Ponsel akan secara berkala mengluarkan kode kecil, unik dan anonim yang berasal dari ID unik ponsel tersebut.
Ponsel yang dalam jangkauan bluetooth akan menerima kode tersebut dan mengingatnya, kemudian membuat log kode yang diterima dan kapan waktu penerimaan kode tersebut.
Saat sesorang pengguna aplikasi dinyatakan positif corona, mereka dapat memilih untuk mengirimkan kode ID mereka ke basis data pusat, dan saat ponsel memeriksa kembali dengan basis data tersebut, pemindai lokal akan berjalan untuk melihat apakah kode di log cocok dengan ID ponsel milik orang terjangkit corona ada di dalam data.
Kalau cocok, pengguna akan mendapatkan peringatan di ponsel dan menginformasikan bahwa pengguna sudah terpapar.
Jarak maksimal ‘tukar kode
Aplikasi ini diklaim Apple dan Google menggunakan Bluetooth Low Energy (BLE), sehingga tidak akan menguras baterai smartphone, tepatnya BLE Beacon yang sudah digunakan bertahun-tahun dan dimodifikasi sebagai pertukaran kode dua arah antar ponsel.
Secara teori BLE ini bisa mendapatkan koneksi sejauh 100 meter, tapi kembali lagi pada pengaturan hardware dan kondisi di lapangan, jika banyak dinding atau penghalang maka akan berkurang.
Penggunaan BLE yang paling umum adalah 15 cm, namun Apple dan Google sangat yankin untuk bisa meningkatkan jarak tersebut sesuai dengan aturan physical distancing yaitu sejauh 2 meter.
Resiko diretas
Sebenarnya sulit untuk peretas mengakses informasi sensitif dari bluetooth. Sistem tersebut sebenarnya tidak mengidentifikasi ‘pribadi seseorang’ dan tidak mencatat lokasi. Sistem baru membuka informasi saat pengguna terjangkit corona atau saat ingin melaporkan diri pada petugas medis karena pernah ‘kontak’ dengan pasien corona.
Tapi bukan berarti tidak mungkin diretas, Basis data pusa menyimpan semua kode yang dikirim oleh orang positif corona saat menularkan orang lain. Apple dan Google memastikan kalau kode tersebut tidak akan mengindentifikasi langsung seorang, begitu seperti di lansir TheVerge.
Source : CNNIndonesia.com
—
Senang rasanya melihat Apple dan Google bekerjasama melawan penyebaran virus COVID-19, semoga saja aplikasi ini aman dan tidak mudah diretas.