Komika Babe Cabita mendadak ramai jadi omongan netizen setelah iklan skincare yang ia bintangi muncul di Times Square, New York.
Belakangan ini, sederet selebriti Indonesia, Rossa, Raisa, Luna Maya, hingga Rachel Vennya juga terpampang di billboard dambaan banyak orang itu.
Tapi apa jadinya, kalau papan iklan di Negeri Paman Sam itu terisi dengan iklan produk kecantikan, tapi modelnya nggak sesuai ‘standar kecantikan’ biasa?
Kronologi Babe Cabita jadi brand ambassador produk skincare
Semua berawal dari video yang Babe Cabita upload di Instagram-nya. Seperti biasa, stand up comedian itu emang sering bikin konten-konten kocak.
Dalam video itu, ia membuat parodi iklan sabun cuci muka. Ya, walau fisik nggak kayak supermodel dengan muka ‘tampan’ dan badan sixpack, Babe jadi modelnya.
Lewat video komedi itu juga, ia juga menyinggung sedikit tentang bagaimana orang ‘good looking‘ punya keuntungan yang lebih.
Nggak disangka, iklan ‘MANS GLOW IN THE DARK‘-nya itu menarik perhatian pemilik brand skincare MS Glow, Gilang Widya Pramana.
Lalu, @juragan_99 itu pun memilih Babe Cabita dan Marshel Widianto sebagai brand ambassador yang anti-mainstream dan nggak biasa.
Lawan standar kecantikan dan toxic masculinity, DOUBLE KILL!
Selama ini, standar kecantikan memang lebih ‘demanding‘ untuk para perempuan. Soal ini, kita (terutama perempuan) pasti udah khatam banget.
Tapi ternyata, bukan berarti laki-laki nggak menghadapi hal serupa. Kebanyakan laki-laki juga merasa harus ‘patuh’ sama stereotype maskulinitas yang ada.
Makanya, munculnya muka dan badan ‘non-supermodel‘ Babe Cabelita dan Marshel Widianto di Times Square jadi terobosan melawan beauty standard. Apalagi, ini produk kecantikan.
Selain itu, kebanyakan laki-laki masih malu untuk ngelakuin perawatan diri, gara-gara stigma yang ada. Pasalnya, masih banyak yang menganggap hal semacam itu ‘nggak cowok banget’.
Hal kayak gini lah yang sering kita dengar sebagai toxic masculinity. Padahal, nggak ada yang salah dengan laki-laki yang ngelakuin perawatan diri, pakai skincare, atau bahkan untuk punya gaya yang cenderung feminin sekalipun.
Jadi, lewat berita ini, dua isu itu, standar kecantikan dan toxic masculinity pun kena ‘senggol‘.
—
Baca juga: