Musik dan fashion mempengaruhi satu sama lain sepanjang sejarah
Musik punya pengaruh kuat pada kehidupan kita sehari-hari. Tak sebatas jadi soundtrack film atau pengiring dansa, musik juga membawa dampak langsung pada suasana hati pendengarnya. Dewasa ini, efek musik pun kian kentara berkat amplifikasi internet dan media sosial.
Tapi apakah musik mempengaruhi cara kita berpakaian? Jika ya, seberapa jauh andil musik di dunia streetwear/ fashion?
Baca juga:
Impact musik pada cara berpakaian
Menelisik ke sejarah kaitan musik dengan cara berpakaian, di era 70-an jadi salah satu bukti terkuatnya.
Ketika itu, Amerika dan Inggris dihadapkan dengan kekacauan sosioekonomi (London dengan pengebomam kelompok pemberontak IRA dan Amerika dengan tingginya jumlah pengangguran dan inflasi).
Generasi muda yang tak puas dengan keadaan pun memulai gerakan anti kapitalisme yang kini dikenal sebagai Punk.
Sejumlah nama besar dunia musik pun lahir dari gerakan ini; London dengan The Clash, The Damned dan the Sex Pistols sementara Amerika punya Johnny Thunders & The Heartbreakers dan The Ramones. Seiring berjalannya waktu, musik punk pun jadi soundtrack untuk generasi muda yang kecewa.
Sementara musik punk jadi sountrack buat generasi muda yang kecewa, tampilan punk pun jadi ‘seragamnya.’
Di London, tampilan punk dijadikan sebagai ekspresi perlawanan terhadap sistem kelas; semakin liar, berani dan ‘gila,’ maka semakin bagus. Sementara itu Amerika mengusung gerakan minimalisme dan earnest asceticism. Sebagai contoh, lihat saja The Ramones mengenakan baju yang jauh lebih sederhana dibanding band-band punk London, yakni dengan celana jeans biru, kaus putih dan jaket kulit hitam.
Vogue bahkan menyebut, mustahil melihat fashion tanpa melihat cetak biru gerakan punk. Rei Kawakubo (yang kini dijuluki sebagai the ‘mother of deconstruction’) sejak lama telah menyebut punk sebagai salah satu inspirasi kunci Comme des Garçons. Hal serupa pun berlaku pada Vivienne Westwood dan Yohji Yamamoto.
Namun lebih dari sekadat jaket kulit dan dekonstruksi, semangat do-it-yourself lah yang kini jadi alasan kenapa punk begitu berpengaruh pada fashion dan streetwear.
Setali tiga uang, gerakan punk yang melawan idealisme punk pun diamini gerakan musik hip-hop yang digawangi warga kulit hitam di Amerika. Simbiosis tersebut tentu bukan kejutan mengingat gerakan punk dan hip-hop mengingat keduanya sama sama berangkat dari semangat perjuangan kelas pekerja dan etik kerja do-it-yourself.
Dari lini cara berpakaian, kultur hip-hop tampil kontras dengan gaya berpakaian diperkenalkan musik rock yang lebih dulu populer.
Cara berpakaian para musisi hip-hop juga banyak mengadopsi gaya bandar narkoba yang ketika itu dikenal sebagai orang-orang ‘berduit.’
Sebelum butik streetwear menjamur di Amerika, sportswear dan old-school outfitters yang lekat dengan sneakers dan produk workwear semacam Carhartt chore coats dan Timberland boots pun jadi kiblat gaya budaya hip-hop. Seiring berjalannya waktu, gaya tersebut pun jadi ‘seragam’ hip-hop dan para rapper karena merepresentasikan situasi yang jujur dari jalanan Amerika. Sejumlah sosok OG hip-hop seperti Tupac, Eazy E dan Notorious BIG jadi contoh kuatnya.
Hip-hop juga jadi salah satu gerakan yang menjembatani musik dengan fashion. Dapper Dan salah satu dedengkotnya.
Terlahir dengan nama Daniel Dan, Dapper Dan dikenal sebagai penjahit asal Harlem yang mengadaptasi luxury brands menjadi street-ready silhouettes seperti tracksuits, bomber jackets dan puffy-shouldered coats. Sejumlah sosok besar hip-hop seperti Eric B. & Rakim dan Salt-N-Pepa pun dikenal sebagai klien langganannya.
Tak hanya lewat musik, hip-hop terus berevolusi dan berkembang lewat kultur sneaker dan streetwear, hingga kini.
Baca juga: Bootleg di Kultur Sneakers dan Streetwear Harusnya Bukan Lagi Sekadar Imitasi
Kini, musik dan streetwear/fashion terus bersinergi. Salah satu katalisnya adalah frekuensi kolaborasi antara pelaku industri musik dengan berbagai brand yang makin tinggi, juga karena adanya mutual respect yang kian kental antara keduanya.
Yang pasti fashion dan musik selalu digunakan sebagai medium ekspresi individual. Others also use it as a form of art. The same can be said about music.
For that reason, both of these are intertwined and closely linked together.
–