‘Ingus Laut’ yang kental, cokelat, dan berbusa menutupi sepanjang pinggir lautan Marmara, Turki membuat para warga sekitar khawatir. Selain itu, benda berbusa ini juga mengancam kehidupan laut.
Lendir yang terbentuk alami itu pertama kali terdokumentasikan di Turki pada tahun 2007 dan pernah juga muncul di beberapa bagian Laut Aage dekat Yunani.
Berbeda dengan kejadian-kejadian sebelumnya, kali ini adalah yang terbesar. Menurut para ahli, ini adalah kombinasi akibat antara polusi dan pemanasan global. Hal itu bisa mempercepat pertumbuhan ganggang yang menciptakan lendir itu.
Gak cuma ganggu para nelayan, ‘ingus laut’ juga ganggu ekosistem laut
Mengutip dari The Guardian, para nelayan pun terganggu akibat fenomena ingus laut ini.
“Tentu saja itu memengaruhi pekerjaan kami,” seorang nelayan Mahsum Daga menceritakan tentang benda berlendir yang menghalangi kapal-kapal itu.
Selain itu, ia juga menceritakan tentang efeknya kepada hewan kerang.
“Saat mereka coba untuk terbuka, benda itu menghalanginya untuk menutup. Semua siput laut di sini juga mati.” katanya.
Terbentuk dari kelebihan nutrisi ganggang
Profesor biologi Universitas Istanbul, Muharrem Balci, mengatakan saat ganggang tumbuh berlebihan, mereka bisa menghalangi matahari. Karena hal itu, ikan dan kehidupan laut mendapat oksigen yang minim.
Kata Balci, ‘ingus laut’ ini terbentuk dari semacam kelebihan nutrisi ganggang. Dan ini disebabkan oleh makin hangatnya cuaca dan polusi air yang kian hari semakin memburuk selama 40 tahun terakhir.
Lendir ini menutupi permukaan laut seperti tenda kanvas. Semakin lama, benda ini bisa jatuh dan menutupi ekosistem dasar laut.
Jika itu terjadi, makhluk-makhluk seperti kepiting dan kerang laut bisa teracuni. Selain itu, lama-kelamaan benda ini bisa berbau seperti telur busuk.
Penanganan ‘ingus laut’ yang kian memburuk
Karena kondisinya yang kian memburuk, Menteri Lingkungan Turki Murat Kurum menyatakan area sekitaran pantai akan ditetapkan sebagai kawasan dilindungi.
Kemudian setelah itu, mengutip Reuters, baru mereka akan melakukan konservasi untuk mengurangi rumput laut yang membusuk.
“Kami melakukan segala langkah yang dibutuhkan selama tiga tahun dan menyelamatkan bukan hanya saat ini, namun masa depan juga.” katanya.
—
Baca juga: