Berkat teknologi milik Google, detail baru hingga material yang digunakan terlihat lebih jelas
Meski dibuat sejak lama, lukisan-lukisan karya Leonardo Da Vinci masih sering jadi pembicaraan jagat maya karena misteri dan detail-detail tersembunyi.
Salah satu buktinya adalah lukisan “The Last Supper” yang dibuat pada abad ke-15.
Beberapa waktu lalu, lukisan tersebut didigitalisasikan oleh Royal Academy of Arts dari Inggris yang bekerja sama dengan Google Arts and Culture.
Berdasarkan hasil kolaborasi tersebut, keduanya mengetahui informasi baru dari lukisan buatan Leonardo Da Vinci bersama salah satu muridnya yang bernama Giovanni Antonio Boltfraffio itu.
Source: Britannica
Perbedaan “The Last Supper” versi asli dengan versi salinan
Salah satu informasi penting yang didapati adalah tentang material yang digunakan. Versi asli lukisan ini ternyata dibuat dengan material cat tempera dan minyak di atas permukaan tembok.
Material tersebut berbeda dengan “The Last Supper” versi salinan yang menggunakan cat minyak tradisional di minyak tradisional di atas kanvas.
“The Last Supper” versi salinan karya Giampietrino dan Giovanni Antonio Boltfraffio (source: Royal Academy Of Arts, London)
Kedua lukisan tersebut pun diketahui dibuat dengan metode yang berbeda. Pada versi salinan, pembuatannya menggunakan metode tradisional yang membuat lukisan tersebut mampu bertahan lebih lama dan bisa mempertahankan detail visual untuk jangka waktu yang lebih panjang.
Bukan cuma itu, detail kecil seperti kaki Yesus dan jari-jari Thomas juga terlihat lebih jernih pada versi digital ini.
Ketika lukisan klasik dibuat menjadi digital
“The Last Supper” bukanlah lukisan pertama ataupun satu-satunya yang didigitalisasikan.
Source: Giphy
Royal Academy of Arts dan Google Arts and Culture sudah membuat versi digital untuk lebih dari 200 lukisan klasik dengan menggunakan teknolog Art Camera Milik Google.
Semua lukisan digital tersebut pun bisa dilihat pada laman Google Arts and Culture, dimana semua detail baru dijelaskan secara gamblang.