Perempuan ini justru berterima kasih sama kuntilanak, berkat ‘Mbak Kunti’ ia jadi gak di-catcall
Muak dengan Catcall, ia justu berterima kasih kepada si Mbak Kunti. Pasalnya, para lelaki yang biasa meng-catcallnya jadi ketakutan.
Seorang perempuan yang lagi lari sore mengaku bingung karena gak ada laki-laki yang biasa meng-catcallnya. Ternyata, ada kuntilanak yang mengikutinya selama lari sorenya menjelang waktu maghrib.
“Bingung kenapa gak ada lagi-lagi yang meng-catcall hari ini, baru tau ternyata ini karena mbak kunti mengikutiku selama lari sore (maghrib). Makasih bestie.” Tulis pemilik akun tiktok @talibehamudek
@talibehamudek She a keeper 😍 #InstantBoostwithReno5F #fyp
Jadi bukti masih banyak perempuan yang gak nyaman dengan catcall
Menimbulkan banyak reaksi dari netizen, postingan ini mendapat lebih dari seribu komentar yang ‘mendukung’ aksi si Mbak Kunti.
Salah satu komentar yang disukai oleh creator bilang “Ini kacau ketika Lo lebih takut dengan laki-laki daripada hantu.” dengan emoji tengkorak. Juga komentar lain yang bilang, “Perempuan mendukung perempuan, bahkan di alam baka”.
Kejadian ini kayaknya harus jadi intropeksi buat masyarakat, kenapa sampai bisa ada perempuan yang malah berterima kasih sama kuntilanak, yang bikin lari sorenya lebih tenang tanpa catcall.
Gak neko-neko, kadang perempuan cuma ingin jalan dengan tenang dan aman di tempat umum tanpa menerima perlakuan gak nyaman kayak gini.
Bukan pertama kalinya kasus seperti ini terjadi, perempuan lainnya juga pernah mengeluhkan hal yang sama.
Dis! Hmmmm gimana nih bro n sis?
pic.twitter.com/guobyyikeZ— AREA JULID (@AREAJULID) February 7, 2021
Catcalling termasuk pelecehan secara verbal
Komisioner Komnas Perempuan, Rainy Hutabarat menjelaskan kalau catcalling adalah bentuk pelecehan seksual dalam bentuk kekerasan verbal.
Perilaku ini terjadi pas seorang stranger melakukan sapaan yang ‘bernuansa’ seksual. Perilaku kayak gini masih banyak terjadi dan dianggap biasa saja oleh pelaku.
Padahal, hal ini bikin orang gak nyaman sama sekali, bahkan sebatas untuk berjalan di tempat umum.
Menurut Rainy, pelaku biasanya merasa superior sehingga ada pengaruh relasi kuasa yang membuatnya merasa berhak ngelakuin hal semacam ini tanpa memikirkan perasaan orang lain.
Bukan karena penampilan juga
Pakaian seringkali jadi alasan atas kasus terjadinya pelecehan verbal. Pada kasus catcalling yang beberapa korban alami, mayoritasnya perempuan, mereka dipandang menjadi objek seksual.
Hal ini ditegaskan Rainy, bahwa catcall adalah kultur si pelaku pelecehan, tindakan ini gak bisa dibenarkan dalam tingkat manapun.
-
The Falcon and Winter Soldier Rilis, Berhasil Raih Rating Tertinggi!
-
Instagram All England Menghilang, Gara-Gara Netizen Indonesia?
-
Bikers Cantik “Kawai” Jepang Ternyata Seorang Pria Berusia 50 Tahun, Kok Bisa?