Selama pandemi covid-19, penjualan sepeda meningkat pesat

Seperti dilansir dari BBC, sejumlah toko sepeda di Inggris mengalami lonjakan penjualan. Sepeda seolah menjadi pilihan sebagian besar orang yang ingin menghindarkan diri dari kerumunan saat harus berada di transportasi umum.

Selain sebagai sarana transportasi, sepeda juga menjadi alternatif olahraga yang paling diminati sejak pandemi Covid-19 mewabah di seluruh dunia dan fenomena ini juga terjadi di Indonesia.

View this post on Instagram

GOSANPA at @residential.bsd #rideinframe

A post shared by Ride in Frame (@rideinframe) on

Menjamurnya trend bersepeda tentunya tidak luput dari sosial media. Layaknya sneakers high-end  sepeda-sepeda yang mengharuskan penggunanya merogoh kocek yang dalam seakan “merayu” orang-orang yang ingin memulai bersepeda. Sebut saja sepeda bermerek B dengan harga kisaran di atas IDR.40 juta.

Tapi kalau Lo memang memiliki niat besar untuk bersepeda, jangan berkecil hati dulu. “Membangun” sepeda sesuai on-budget bukanlah hal yang mustahil. Banyak yang mengaku kalau sangat mungkin untuk bisa merakit sebuah sepeda dengan budget kurang dari 10 juta dan tidak kalah keren.

Berikut beberapa insight yang berhasil Gua dapatkan dari mereka yang merakit sepedanya sendiri;


Akmal, motion visual artist, (Sepeda Arus Liar)

Jauh sebelum pandemi covid-19 terjadi, Akmal mengaku sudah terlebih dulu mencintai sepeda karena menurutnya selain moda transportasi, dirinya menilai bersepeda sebagai salah satu olah raga yang menyenangkan.

Berbeda dengan sebagian besar orang yang memilih sepeda jadi, Akmal justru lebih suka untuk merakitnya. “Seru kali ngerakit sendiri, mulai dari nyari spare part dan lainnya. kadang gua suka muter toko sepeda rongsok terus nemu deh frame bagus tapi hargnya murah,” begitu tuturnya.

View this post on Instagram

Kiw!

A post shared by akmal fauzy (@akml.fzy) on

Saat ditanya sepeda sudah seperti apa dan menghabiskan budget berapa, Akmal menjelaskan kalau sepeda yang dia bangun adalah vintage  MTB 80’s dan sudah menghabiskan kocek IDR 6.000.000,-.

Itu sih karena gua ajak banyak mau, kalau enggak sih 5 juga juga udah bagus,” pernyataannya Akmal membuat Gua bertanya soal kemungkinan membangun sepeda dengan budget diangka tersebut.

Buat pemula sih mending bangun MTB karena bisa milih ukuran frame sesuai tinggi badan dan mtb tuh kesannya ‘manly’ banget. MTB sendiri sekarang makin kalcer nih, soalnya makin banyak komunitasnya. Ya 5 juta bisa banget bangun MTB yang oke banget,” begitu tutupnya.

Baca di sini : Tren Bersepeda, Hanya Sesaat atau Berkepanjangan?

Irfan Nugrogo a.k.a. Bulletos, Illustrator (pipitan.id)

Senada dengan Akmal, Bullet juga memilih untuk merakit sepeda karena semua spek bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kantongnya. “Kalau pabrikan harganya relatif mahal, kamo misalnya ngerakit bisa sesuai tuh sama budget yang ada,” begitu tuturnya.

Soal-menyoal budget, Bullet sendiri menghabiskan kocek yang tidak jauh berbeda dengan Akmal. Perbedaanya, Bullet mengaku tidak terlalu BM (banyak mau) soal sepedanya, yang penting enak dipake ridding.

Ya ada lah 5 juta, soalnya gak gimana-gimana banget sepeda Gua. Nah kalau Lo mau bangun sepeda dengan harga segitu bisa banget, asal speknya gak aneh-aneh,” begitu lanjutnya.

Menurut Bullet sepeda tuh seharusnya menyesuaikan kantong dan kebutuhan si pengguna, bukan sebaliknya. “Gak kalah penting juga sepedaannya, bukan sepedanya.”

Kalau Akmal mengajurkan MTB untuk para pemula, lain halnya dengan Bullet yang merekomendasikan road bike/city bike karena alasan kemudahan spare part dan harganya lebih terjangkau.

Baca di sini : Hati-Hati! Sepeda Brompton Curian Dijual Online di Indonesia!

Pada akhirnya sepeda mahal akan kalah sama sepeda yang sering digowes

Meski menghabiskan budget yang berbeda dan merekomendasikan jenis sepeda yang berbeda untuk pemula, keduanya sepakat untuk mengajak setiap orang yang sudah memiliki sepeda untuk bisa konsisten terus gowes.

Kalau soal beli sepeda mahal karena tren sih semua terserah mereka dan senyaman apa mereka beresepeda dan ngeluarin budget untuk itu, ya meski harga gak boong,“begitu tutur Akmal.

Sementara Bullet justru menyayangkan kalau sudah punya sepeda mahal tapi jarang di gowes. “Mending pake sebeda yang sesuai dan biasa-biasa aja, sepeda biasa juga gak kalah keren, yang penting konsisten.”

Baca di sini : Polisi Razia Pesepeda di Operasi Patuh Jaya, Catat Lokasi-Lokasi Razianya!

Nah gimana nih? masih pengen ikut-ikutan trend sepeda mahal padahal kantong gak kuat :)