Kulit Kedua
Zhenan Bao, seorang peneliti dan Kepala Departemen K. K. Lee Professor Rekayasa Kimia Universitas Stanford, membangun sebuah teknologi “kulit kedua” yang bisa dipakai manusia.
Kayak yang kamu tahu, kulit itu adalah organ terbesar yang ada di badan manusia. Selain paling besar, kulit ini adalah bagian yang rumit. Kalau dilihat secara mikroskopis, ada ribuan syaraf yang terkoneksi ke otak yang bikin kamu bisa ngerasa sentuhan dan hal lainnya—termasuk rasa sakit.
Bao yang punya ketertarikan khusus dengan organ ini. Baginya, kulit bukan sekadar organ sensori yang berfungsi buat menerima informasi, tapi sebagai sebuah material yang bisa dieksplor.
Mungkin kalau dipikir-pikir, cukup nganggap kulit manusia kayak kulit hewan lain yang bisa dibuat sesuatu, maka bakal banyak kemungkinan yang lahir darinya.
BodyNet: Electronic Second Skins
Dilansir dari Wired, Bao sedang mengembangkan kulit elektronik atau e-skin yang fleksibel. Nantinya, e-skin yang dinamakan BodyNet ini bisa ngukur tekanan darah, temperatur, tingkat oksigen, dan mendukung diagnosa dan perawatan kesehatan.
Bao yang memang seorang ahli di bidang rekayasa kimia berkonsentrasi di pembuatan polimer. BodyNet nantinya, selain fitur yang disebut sebelumnya, bakal punya sifat yang flexible, stretchable, self-healing, dan biodegradable.
E-skin ini hanyalah satu dari fungsi kulit yang ingin Bao eksplor dalam misi besarnya. Ke depannya, ia ingin mengembangkan fungsi yang bisa digunakan untuk prosthetic dan robotik.
Bayangkan kalau nanti orang yang kehilangan tangan atau kakinya dalam sebuah kecelakaan dan menggunakan kaki atau tangan palsu bisa kembali mendapat indera perasa lewat sentuhan dengan kulit ini.
Kualitas hidup para korban bakal membaik, dan tentunya ini bakal jadi penemuan yang mengubah dunia jadi lebih baik.
Penelitian Lainnya dari Zhenan Bao
Saat pertama bergabung dengan Universitas Stanford di tahun 2004, Bao menyadari kalau beberapa peneliti sedang membuat sensor fleksibel yang dapat dibalutkan pada sebuah tangan palsu agar dapat mereplikasi sensasi sentuhan. Dari sana dia mulai punya ketertarikan khusus.
Di tahun 2010, Bao dan koleganya telah mengembangkan sensor tersebut yang bahkan bisa mendeteksi sentuhan dari kupu-kupu yang hinggap.
Beberapa tahun setelahnya, Bao membuat sebuah start-up di Sillicon Valley bernama PyrAmes. Salah satu produk yang dikembangkan sebuah gelang lembut yang dapat digunakan untuk memantau tekanan darah bayi yang prematur.
Sebelumnya, pengukuran tekanan darah bayi prematur yang ada di intensive Care Unit (ICU) bukan perkara mudah. Ada risiko pada penggunaan jarum suntik dan yang lainnya.
Selain itu, dilansir dari Universitas Stanford, tahun ini ia mendapatkan penghargaan VinFuture Prize untuk inventor perempuan. Ia mendapatkan penghargaan ini untuk kontribusinya pada dunia dengan mengembangkan BodyNet.
—