Dari Polisi ke Penggali Kubur
Di balik seragamnya sebagai anggota Polsek Samarinda Ulu, ada sisi lain dari Bripka Joko Hadi Aprianto yang mungkin tak banyak orang tahu. Sejak SMP, jauh sebelum bergabung dengan Polri, ia sudah menjadi penggali kubur. Awalnya, ini dilakukan demi membantu perekonomian keluarganya.
“Saya mulai jadi penggali kubur sejak kelas 2 SMP. Ayah saya seorang polisi tamtama dan memiliki tujuh anak, termasuk saya yang keempat. Gaji polisi saat itu tidak seberapa, jadi saya mencari tambahan sendiri,” tutur Joko.
Tahun 2005, ayahnya mendorongnya untuk mendaftar sebagai polisi. Setelah resmi menjadi anggota Polri dan kembali bertugas di Samarinda, Joko tetap melanjutkan pekerjaannya menggali kubur. Bahkan, lima tahun terakhir, ia menjabat sebagai ketua pemakaman di wilayah tempat tinggalnya.
“Saya mengelola tanah kuburan milik Pemerintah Samarinda. Selain itu, saya juga mewakafkan tanah warisan dari ayah saya untuk dijadikan pemakaman warga,” tambahnya.
Menggali Bukan Sekadar Pekerjaan
Bagi Bripka Joko, menjadi penggali kubur bukan cuma sekadar profesi sampingan. Ini sudah jadi panggilan hati, terutama untuk membantu keluarga yang kurang mampu. Jika ada warga yang tidak bisa membayar jasa penggalian, ia rela menggratiskannya.
“Kalau untuk warga tidak mampu, pasti saya gratiskan. Tapi saya tetap harus membayar orang-orang yang membantu saya menggali. Kadang ada warga mampu yang memberi sukarela, bisa Rp300 ribu, Rp500 ribu, hingga Rp1 juta. Tapi kalau yang kurang mampu, murni gratis,” jelasnya.
Meski harus mengeluarkan uang pribadi setiap bulan untuk menggaji tim penggali kubur, Joko tak pernah merasa rugi.
“Kalau dihitung secara duniawi, saya rugi. Tapi hadiahnya bukan kipas angin, hadiahnya surga,” ujarnya santai.
Sosok yang Menginspirasi
Dedikasi Bripka Joko tidak hanya dikenal di lingkup kecil. Ia juga meninggalkan kesan mendalam bagi orang-orang yang mengenalnya, termasuk Hendy Saputra, seorang warga Samarinda Kota yang mengusulkannya sebagai kandidat Hoegeng Awards 2025.
“Pak Joko itu salah satu jamaah kami tahun lalu. Profesi utamanya memang polisi, tapi orang lebih mengenalnya sebagai penggali kubur dan relawan,” kata Hendy.
Bahkan saat menjalankan ibadah umrah, Joko tetap menunjukkan jiwa sosialnya.
“Saat di Mekah dan Madinah, beliau bahkan dengan sukarela membantu memandu jamaah lain, meskipun tidak memiliki latar belakang sebagai tour leader umrah,” lanjutnya.
Kandidat Hoegeng Awards 2025
Kisah hidup Bripka Joko yang penuh dedikasi dan pengabdian membuatnya masuk sebagai kandidat penerima Hoegeng Awards 2025. Penghargaan ini diberikan kepada polisi-polisi yang berintegritas dan menginspirasi masyarakat.
Tak hanya menjalankan tugasnya sebagai aparat kepolisian, Joko telah memberikan lebih dari sekadar pelayanan. Ia hadir untuk masyarakat, bahkan di saat-saat terakhir mereka. Polisi seperti inilah yang dibutuhkan negeri ini.
—
Let us know your thoughts!
-
Cheetos Resmi Comeback ke Indonesia! PepsiCo Gelontorkan Rp 3,2 Triliun
-
Kemendikdasmen Perkenalkan Ijazah Digital: Efisiensi atau Kendala?
-
Cek Kesehatan Gratis Resmi Dimulai, Warga Ultah Januari Juga Bisa Ikut!