Dinas Perhubungan DKI Jakarta respon pelecehan seksual di angkutan umum
Pelecehan seksual di kendaraan umum jadi isu yang terus saja berulang. Baru-baru ini, viral kejadian pelecehan di angkutan kota (angkot) di Jakarta.
Kasus yang terjadi di Jakarta Selatan tersebut langsung menarik perhatian publik. Masyarakat pun geram karenanya. Video yang direkam seorang perempuan di dalam angkot menunjukkan seorang pria yang diduga merupakan pelaku.
“Hati-hati jangan dekat-dekat dia, sumpah, tadi saya duduk dekat situ dipegang-pegang,” ujarnya dengan suara gemetar.
Untuk itu, Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) DKI Jakarta, Sayfrin Liputo pun meresponnya dengan beberapa rencana langkah untuk pencegahan kejadian serupa berulang kembali.
Tempat duduk laki-laki dan perempuan di angkot dipisah
Syafrin menjelaskan, kini seluruh angkutan umum yang mendapat izin pihaknya sudah bebas kaca film. Langkah ini menurutnya bertujuan untuk meminimalisasi terjadinya pelecehan seksual di angkot.
CCTV pun suah terpasang pada angkutan umum yang terintegrasi dalam Program Jaklingko.
Selain itu, Syafrin bakal melakukan pengaturan tempat duduk antara penumpang perempuan dan laki-laki. Nantinya, tempat duduk di dalam angkot akan terpisah.
“Agar kejadian pelecehan seksual di angkot tidak terjadi lagi, ke depan kami akan melakukan pengaturan pemisahan tempat duduk bagi penumpang angkot. Di mana penumpang wanita kami harapkan untuk duduk di sisi sebelah kiri dan penumpang pria duduk di sisi sebelah kanan. Harapannya melalui pemisahan ini, kejadian serupa tidak terulang,” ujar Syafrin, melansir Detik.
Pemisahan tempat duduk, apakah efektif?
Sebuah survei menunjukkan, satu dari dua perempuan pengguna transportasi umum pernah mengalami pelecehan seksual. Hal ini pun membuat kondisinya “semakin mengkhawatirkan”, melansir BBC.
Sebelumnya, langkah pencegahan pelecehan dengan memisahkan tempat duduk perempuan dan laki-laki sudah dilakukan di beberapa transportasi umum.
Ada pemisahaan perempuan dan laki-laki di bus TransJakarta, gerbong khusus perempuan di KRL hingga MRT. Namun nyatanya, pelecehan tetap terjadi. Lagi pula, tak terbayang pemisahaan tempat duduk di ruang sekecil angkot.
Ketua Komnas Perempuan, Andy Yentriyani, bahkan. mengatakan, pemisahan tempat duduk justru bisa “meneguhkan proses menyalahkan korban”.
Menurutnya, Komnas Perempuan dari awal sudah mengatakat kalau pemisahan perempuan di ruang publik bukanlah cara yang tepat.
What are your thoughts? Let us know!
-
Pesan Jokowi Buat Ibu-Ibu: Jangan Tiap Tahun Punya Anak
-
Akun Kampus Cantik dan Probematika Pelanggaran Privasi
-
Polisi Selidiki Kemungkinan Gangguan Jiwa Pria yang Masturbasi di KRL & TransJakarta
(Image: via Antara)