Chindogu: ketika seni, humor dan inovasi jadi satu
Chindogu mungkin terdengar asing di Indonesia. Namun mereka yang banyak menghabiskan waktunya di jagat maya pasti pernah melihatnya sebagai meme.
Beberapa contohnya adalah sepatu sekaligus sapu, topi sekaligus tempat tissue, hingga dasi sekaligus payung.
Semuanya punya kesamaan; punya fungsi ganda, namun untuk dua tujuan yang sepenuhnya berbeda dan lekat dengan unsur humor. Alih-alih membantu, produk-produk ini malah jadi ganggu.
Bahkan Wikipedia mendefinisikan istilah sebagai penemuan benda untuk kebutuhan sehari-hari yang harusnya jadi solusi ideal buat masalah tertentu, yang malah bikin masalah baru.
Baca juga: Ilmuwan Ciptakan Musik dari Sarang Laba-Laba, Begini Bunyinya!
“Benda-benda yang ‘hampir’ berguna”
Chindogu adalah istilah yang muncul pertama kali dan dipopulerkan di Jepang pada tahun 90-an. Kata tersebut merupakan gabungan daru dua kata; “chin” yang berarti tak biasa dan “dōgu” yang berarti alat.
Istilah tersebut diciptakan oleh Kenji Kawakami, mantan editor dan kontributor majalah home-shopping bernama “Mail Order Life.” Di majalah tersebut, ia memperkenalkan sejumlah produk aneh yang dibuat untuk tujuan humor, yang kini dikenal luas dengan istilah Chindogu.
Berkat kepopulerannya, Kawakami bahkan membuat buku kompilasi berbahasa Inggris yang berjudul “101 Unuseless Japanese Inventions: The Art of Chindōgu.”
Kini, Chindogu pun punya komunitas internasional yang didirikan untuk memperkenalkan seni penciptaan ini di ranah global, juga jadi platform buat orang-orang di seluruh dunia untuk memperkenalkan produk ciptaannya.
Baca juga: Iron Maiden Kolaborasi dengan West Ham United untuk Jersey Away
10 prinsip Chindogu
Untuk mejaga karakteristiknya, seni ini punya 10 prinsip yang membedakannya dari para penitu. Berikut 10 prinsip tersebut!
- Harus hampir berguna
Ini adalah prinsip utama; tidak boleh sepenuhnya membantu dan tidak boleh bisa digunakan setiap saat.
- Harus ada secara nyata
Produk chindogu tidak boleh hanya ada dalam bentuk desain di kertas. Setiap produk harus ada dalam bentuk nyata.
- Merepresentasikan kebebasan berpikir dan bertindak
Setiap produk harus memiliki kebebasan dan semangat anarki, serta menentang unsur guna yang konservatif.
- Harus berbentuk benda sehari-hari
Chindogu adalah bentuk komunkasi nonverbal yang harus bisa dipahami semua orang secara umum.
- Tidak untuk dijual
Jika produk tersebut diperjualbelikan, makan kemurniannya akan hilang. Karena itu, Chindogu tidak boleh dijual, meski hanya sebagai joke.
- Dibuat untuk tujuan humor
Alih-alih sebagai solusi, dasar penciptaan Chindogu adalah untuk humor.
- Bukan untuk propaganda
Setiap produk harus diciptakan untuk digunakan, meski “hampir” tidak bisa digunakan. Penciptaannya tidak boleh menimbulkan filosofi apapun.
- Tidak boleh tabu
Setiap produk tidak boleh merepresentasikan innuendo sexual, humor vulgar, atau humor yang melecehkan semua makhluk hidup.
- Tidak boleh dipatenkan
Setiap produk harus jadi milik publik dan bebas untuk digunakan, diciptakan ulang dan didistribusikan. Penciptaanya tak boleh dimiliki atau didaftarkan untuk hak cipta.
- Bebas dari prasangka
Setiap produk tidak boleh ditujukan hanya untuk satu ras, agama, atau kelompok tertentu dan harus bisa dinikmati semua orang.