Gara-gara krisis di peternakan babi
Daging buaya jadi pilihan alternatif untuk daging babi yang saat ini mengalami krisis di Thailand.
Beberapa bulan belakangan, harganya meroket. Peternakan babi di negara tersebut sedang menghadapi masa sulit. Berbagai kalangan, termasuk pemerintarh menduga lonjakan harga ini terjadi karena isu flu babi Afrika.
Melansir Kompas, otoritas Thailand mengonfirmasi adanya virus tersebut pada 11 Januari 2022.
Akibatnya, pasokan babi menurun drastis walau permintaan terus meningkat, terutama jelang hari raya Imlek.
Jelang imlek, warga Thailand harus punya alternatif daging babi
Naiknya harga daging babi jadi kabar buruh warga Thailand. Terlebih jelang perayaan Imlek yang jatuh 1 Februari 2022 mendatang.
Karena itu, warga pun berbondong-bondong mencari alternatif lain. Usai harga babi meroket, mereka beralih ke daging buaya.
Salah satu yang jadi alasan adalah harganya yang kini kurang dari setengah harga daging babi.
Daging buaya jadi pilihan, ludes 20.000 ekor dalam sebulan
“Permintaan datang dari berbagai penjuru negeri. Restoran dan pedagang ingin stok besar daging dikirimkan ke mereka. Sedangkan, konsumen ingin mencicip daging buaya memesannya untuk mereka masak sendiri.” kata salah satu peternak buaya di Thailand, Wichai Rungtaweechai kepada South China Morning Post.
Menurutnya, saat ini ada sekitar 20.000 ekor buaya yang laku per bulannya untuk orang konsumsi di Thailand.
Di sisi lain, peternak mengaku mulai kewalahan mengatasi permintaan, karena pesanan yang sangat banyak.
—
Baca juga: