BPS umumkan Indonesia alami deflasi 0,12% month-to-month

Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indonesia per September 2024 tercatat mengalami deflasi sebesar 0,12% tiap bulannya (month-to-month/mtm).

Pengumunan tersebut disampaikan oleh Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam sebuah konferensi pers yang diadakan pada Selasa, 1 Oktober 2024.

Kajian survei BPS mengacu pada Indeks Harga Konsumen

Pada periode Agustus hingga September Amalia mengatakan deflasi tersebut karena adanya tren penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK).

IHK pada Agustus tercatat 106,06 mengalami penurunan menjadi 105,93 pada September.

“Terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,06 pada Agustus 2024 menjadi 105,93 pada September 2024,” kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa, 1 Oktober 2024.

Survei BPS tak sebutkan adanya kaitan antara tren penurunan daya beli masyarakat dengan deflasi

BPS menilai tren penurunan IHK merupakan akibat dari penyesuaian komoditas pangan yang bergejolak (volatile food) yang mengacu pada harga pangan dan pasokannya.

Indeks Harga Konsumen menjadi acuan dalam survei BPS dan memiliki dua faktor pemicu yang memengaruhinya: kondisi pasokan hingga biaya produksi.

Jadi jika melihat sumber acuan surveinya, angka deflasi senilai 0,12% yang dilaporkan BPS tidak menyertakan kajian tren deflasi dan pengaruhnya ke dalam penurunan daya beli masyarakat.

Penurunan daya beli masyarakat memang terjadi

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan jika deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut ini belum bisa disimpulkan terjadi karena adanya penurunan daya beli masyarakat.

Meski belum tentu menjadi penyebab dari deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut, penurunan daya beli masyarakat Indonesia khususnya dari kelompok kelas menengah memang benar terjadi berdasarkan data.

Courtesy of ANTARA FOTO/Fauzan
Pedagang menata dagangan di lapaknya di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Selasa (1/10/2024). Badan Pusat Statistik mencatat inflasi tahunan pada September 2024 sebesar 1,84 persen terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh sebagian besar indeks kelompok pengeluaran diantaranya kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 2,57 persen. ANTARA FOTO/Fauzan

Hantaman badai PHK hingga rasio disposible income pada PDB jadi biang keladi penurunan daya beli masyarakat

Hal ini bisa diakibatkan oleh pemutusan hubungan kerja (PHK) yang mengalami peningkatan sejak 2022 hingga September 2024.

Belum lagi jika melihat pada tren penurunan rasio disposible income terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional dalam 10 tahun terakhir.

Ekonom Bank Permata tersebut mengatakan pemerintah perlu melakukan upaya intervensi kebijakan yang dapat menopang daya beli masyarakat hingga menjaga stabilitas harga.

“Pemerintah perlu menjaga stabilitas harga sehingga tidak memberikan tekanan kepada masyarakat mengingat pendapatan riil masyarakat yang cenderung menurun,” kata Josua dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, 1 Oktober 2024.

Menandakan Indonesia sudah alami ini selama 5 bulan berturut-turut

Namun satu hal yang patut digarisbawahi dari laporan survei BPS tersebut yang menandakan bahwa Indonesia telah mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut.

Deflasi tercatat sejak kuartal kedua bulan Mei dengan angka deflasi sebesar 0,03% yang disusul peningkatan pada bulan-bulan berikutnya.

Pada Juni 0,08% kemudian pada Juli angka deflasi meningkat hingga 0,18%.

Sementara pada Agustus angka deflasi kembali lagi seperti bulan Mei, yakni 0,03.

Sayangnya per September 2024, angka deflasi kembali mengalami kenaikan yakni 0,12%.

Fenomena yang tidak normal untuk terjadi dan berisiko terjadinya krisis

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan jika deflasi lima bulan berturut-turut adalah fenomena yang tidak normal untuk terjadi.

Indonesia seharusnya justru mengalami inflasi dengan catatan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5%.

Dalam pernyataannya Faisal menyebut jika melihat kondisi perekonomian yang seperti ini, Indonesia dikhawatirkan mengalami kondisi krisis dalam beberapa waktu ke depan.

“Deflasi lima bulan berturut-turut itu mengkhawatirkan menurut saya, karena kalau dalam kondisi normal itu tidak terjadi. Biasanya ya inflasi. Tapi yang terjadi malah bukan hanya inflasi yang rendah tapi malah deflasi dan lima bulan berturut-turut, ini menyerupai kondisi krisis,” kata Mohammad Faisal dilansir dari Kompas, Rabu, 2 Oktober 2024.


Let uss know your thoughts!