Desa miskin ini awalnya dinobatkan sebagai wilayah yang memprihatinkan. Namun berkat kegigihan dan usaha para penduduk, desa ini justru menjadi salah satu yang memiliki penghasilan fantastis.

Kendati pekerjaan yang mereka lakukan tergolong tidak biasa, tapi hal itu menjadi sumber kekayaan bagi desa yang berlokasi di China Timur tersebut.

Terpuruk dan mendapat predikat desa miskin, warga lakoni pekerjaan tak biasa

Walau awalnya sempat terpuruk karena status desa misikin, warga justru mendapat akal brilian untuk mengais rejeki.

Mereka sepakat mencoba menjadi petani ular. Pekerjaan tak biasa itu ternyata berhasil menjadikan desa itu rumah bagi lebih dari 3 juta ular dan dijual sebagai obat tradisional.

Salah satunya adalah Fang Yin dan istrinya Yang Xiaoxia. Selama ini keduanya hidup sebagai petani ular di desa itu. Bagi mereka memulai pekerjaan itu adalah pilihan tepat dan merubah nasib mereka.

Walau berisiko tinggi, keduanya sama sekali tidak khawatir jika ular yang diternakan menggigit mereka dan menghilangkan nyawa mereka.

Awalnya saya takut, tapi sekarang saya sudah terbiasa dengan semua ini (gigitan ular),” Fang seperti dilansir SCMP.com

Untuk membuktikannya, pria berusia 30 tahun itu bahkan mengenakan baju tanpa lengan saat bekerja di rumahnya yang berlokasi di Zisiqiao, Provinsi Zhejiang.

Desa Miskin Berhasil Raih 172 Miliar Pertahun, Ini Pekerjaan Tak Biasa Para Warga
via SCMP

Uniknya desa tersebut hanya tercatat memiliki 600 jiwa. Desa Zisiqiao sendiri telah mendapat julukan ‘desa ular’ oleh media setempat. Pasalnya banyak warga di sana yang memelihara ular baik untuk makanan dan obat tradisional sejak empat dekade terakhir.

Menurut Fang, keputusan untuk menjadi peternak ular adalah sesuatu yang akhirnya membantu dan mengubah perekonomian lokal.

Begini aktivitas sehari-hari peternak ular

Fang memperlihatkan bagaimana aktivitasnya sehari-hari dalam merawat ular tersebut. Terlihat dirinya mengangkat ular yang sedang hamil dari salah satu kantong jaring.

Masing-masing kantong jaring di ruangan tersebut berisikan selusin ular. Sementara itu sang istri bertugas untuk mengecek kondisi telur ular untuk memastikan kesehatan embrio di dalamnya.

via SCMP

Untuk diketahui, peternakan ular mereka adalah salah satu dari lebih 100 peternakan di Kabupaten Deqing, di mana lebih dari 3 juta ular dibiakan untuk makan dan obat.

Ini dia sang pelopor peternakan ular

Flashback ke tahun 1980-an adalah Yang Hongchang, seorang yang merupakan pelopor budi daya ular. Dirinya bahkan mendapat julukan ‘raja ular’.

Sampa saat ini pria berusia 67 tahun itu sudah memiliki perusahaan yang berfokus membuat suplemen makanan dari hewan ini.

Waktu saya muda, seluruh desa masih sangat miskin. Ada banyak danau dan sungai di wilayah ini. Di situ banyak ular yang hidup di air. Jadi kami berfikir menangkap ular dan menjualnya untuk mendapat uang,” ingatnya.

Flashback ke tahun 1980-an adalah Yang Hongchang, seorang yang merupakan pelopor budi daya ular. Dirinya bahkan mendapat julukan 'raja ular'.
via SCMP

Sayang setelah beberapa tahun, ular di alam bebas berkurang dan nyaris punah karena perburuan. Sejak saat itu dia memutuskan untuk membiakan mereka sendiri.

Pada tahun pertama, hanya 10 persen dari terlur ular menetas dan dia merugi lebih dari 10.000 yuan. Namun hal tersebut tidak membuatnya putus asa.

Pada tahun berikutnya, tingkat penetasan telur melonjak sampai 80 persen dan dirinya berhasil mengangkat lebih dari 30.000 ular.

via SCMP

Biasanya para peternak menjual ular ke perusahaan farmasi China yang kemudian mengubahnya menjadi bubuk. beberapa diantaranya diekspor ke Jepang, Korea Selatan, Amerika dan Eropa.

Berkat perdagangan itu, kini desa yang awalnya miskin mampu mencatatkan pemasukan sebesar 80 juta yuan atau setara IDR 172 M/tahun.