Pakai seragam PP di Paris, desainer Indonesia Arnold Putra menuai kontroversi (lagi)
Nama Desainer asal Indonesia, Arnold Putra lagi-lagi jadi obrolan hangat di media sosial. Busana yang ia kenakan di acara mode Paris menyerupai seragam kelompok Pemuda Pancasila.
Baru-baru ini, beredar di jagat maya foto Arnold mengenakan jaket dan celana cargo dengan camo pattern kemerahan, lengkap dengan bucket hat-nya.
Penampilannya itu pun berujung kontroversi, apalagi setelah para netizen mengaitkan Pemuda Pancasila dengan aksi genosida era 1960-an.
Ormas itu pun punya sederet reputasi miring, bahkan sering disebut lebih mirip ‘barisan preman yang dilindungi negara‘.
Sang desainer Indonesia itu tetap bermuka tebal datang ke Paris Fashion Week yang berisi pesohor dan tokoh fashion internasional, mengenakan baju loreng-loreng tersebut.
Bukan karya nyeleneh yang pertama
Ini bukan kali pertama ia merilis rancangan busana yang penuh kontroversi. Sebelumnya, ia memamerkan handbag yang terbuat dari tulang belakang manusia.
Menurut penjelasannya, karya nyeleneh itu terbuat dari tulang anak yang menderita osteoporosis. Karena rancangannya ini, nama Arnold pun langsung melambung.
Walau ia mengaku membeli spesimen manusia itu secara resmi dan berlisensi, para netizen geram menghujat desainer berbasis Los Angeles itu.
Karya yang ia rilis 2016 tersebut ia baderol dengan harga US$5.000, sekitar Rp71 juta.
Dianggap mengolok-olok budaya
Arnold Putra is the epitome of evil he brags about giving fake designer goods to indigenous people in exchange for human remains and prized items from their culture. pic.twitter.com/3mvMGhPoA0
— TOM FRAUD (@SuperiorGab) March 25, 2020
Selanjutnya, pada tahun 2020 ia juga sempat tersandung masalah dugaan mengolok-olok tradisi warga pedalama Amazon, dari suku Kano dan Yagua. Ia meminta abu kerabat suku yang telah menigngal dan menukarnya dengan tas desainer.
Selain itu, ada pula tuduhan bahwa ia memberikan barang desainer palsu kepada orang-orang suku pedalaman untuk mengeksploitasi artefak.
—
Do you think creativity has its own limit? Let us know!
Baca juga: