GeNose alat deteksi virus corona SARS-CoV-2 buatan UGM
Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil menciptakan alat pendeteksi virus corona SARS-CoV-2 penyebab penyakit COVID-19. Berbasis teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), alat ini diklaim bisa mendeteksi COVID-19 lewat hembusan napas orang yang terinfeksi.
Diberi nama GeNose, alat itu diklaim memiliki kemampuan mendeteksi virus corona di tubuh seseorang dalam waktu cepat. Berdasarkan klaim, hanya butuh waktu 2 menit dan hasil tes sudah dapat diketahui apakah seseorang positif atau negatif COVID-19.
Dapat dukungan penuh dari Kemenristek/BRIN
“Kalau sebelumnya butuh waktu sekitar 3 menit, kemarin saat uji di BIN sudah menjadi 80 detik. Lebih cepat lagi,” tutur Kuwat Triyono, anggota tim peneliti GeNose di acara “Public Expose GeNOSE : Teknologi Pengendus Covid-19”, seperti dikutip dari Kumparan.com (26 September 2020).
Alat itu sendiri kabarnya sudah mendapatkan dukungan dari Kementrian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN), untuk dikembangkan dan dilakukan penelitian lebih lanjut.
Begini cara kerja GeNose
Dian Kesumpramudya Nurputra, peneliti UGM yang terlibat dalam penelitian alat itu menuturkan, GeNose bekerja dengan cara mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) yang terbentuk karena adanya infeksi Covid-19 yang keluar bersama nafas melalui hembusan ke dalam kantong khusus.
Selanjutnya VOC diidentifikasi melalui sensor-senor yang kemudian datanya akan diolah dengan bantuan keberadaan AI. Menristek Bambang Brodjonegoro menambahkan bahwa GeNose merupakan inovasi pertama di Indonesia yang mampu mendeteksi Covid-19 melalu hembusan napas, di mana aplikasinya terhubung dengan sistem cloud computing (komputasi awan) untuk bisa mendapatkan hasil diagnosa secara real time.
GeNose juga mampu bekerja secara paralel melalui proses diagnosis yang tersentral di dalam sistem, sehingga validitas data dapat terjaga untuk semua alat yang terkoneksi. Data yang terkumpul dalam sistem selanjutnya dapat digunakan untuk keperluan pemetaan, pelacakan, dan pemantauan penyebaran pandemi secara aktual.
“Menariknya lagi, pengembangan GeNose memanfaatkan pendekatan Revolusi Industri 4.0, yaitu kecerdasan artifisial. Penguasaan konsep big data dengan kecerdasaan artifisial menjadi kunci dari akurasi GeNose,” begitu tutur Bambang, sebagaimana dikutip dari situs resmi Kemenristek.
Akurasi GeNose capai 97 persen
Bambang melanjutkan bahwa GeNose sudah melewati uji profiling dengan menggunakan 615 sampel data valid di Rumah Sakit Bhayangkara Polda DIY dan Rumah Sakit Lapangan Khusus COVID Bambanglipuro di Yogyakarta. Hasil tes itu menunjukan bahwa tingkat akurasi alat ini mencapati 97 persen. Selanjutnya, GeNose memasuki tahap uji klinis kedua yang akan dilakukan secara bertahap dan tersebar di beberapa rumah sakit Indonesia.
“Sebagai kementrian yang bertanggung jawab, Kemenristek/ BRIN siap mendukung penuh uji klinis tahap kedua, termasuk dukungan pembiayaan. Sehingga pengembangan GeNose bisa sesuai dengan time table, jadi harapan bulan Desember sudah bisa dimanfaatkan masyarakat luas,” lanjut Bambang.
-
Anjing Pelacak Covid-19 di Bandara Ini Miliki Tingkat Akurasi Hampir 100 Persen
-
Demi Swab Gratis, Dokter Ini Bangun Lab Dengan Uangnya Sendiri!
Wakol Retktor UGM, Paripurna Poerwoko Sugannda juga menuturkan bahwa alat ini akan lebih murah dibanding tes swab PCR. 1 unit GeNose dengan kapasitas 100 ribu tes akan membutuhkan biaya sebesar IDR. 40 juta. Kendati demikian, Paripurna mengaku untuk alat penampung napas, pihaknya masih harus membelinya.
“Tapi kami sudah diskusi dengan industri dan industri bisa membuat alat itu dengan harga IDR. 500,-/plastik. Kami juga masih mencari alternatif kemungkinan bagaiman kalau itu tidak dari plastik tapai dari kertas atau karet. Supaya tidak menambah pencemaran lingkungan,” tutupnya.
Bosan dengan gaya hidup yang itu-itu saja? Coba gaya hidup INI
—
Keren banget ini hasil anak Bangsa Indonesia!