Elon Musk adalah bukti nyata istilah “horang kaya mah bebas!
Elon Musk resmi beli Twitter. Rencana tersebut sebenarnya sudah sempat ia ungkapkan sejak 2017.
Nggak tanggung-tanggung, ia merogoh kocek hingga USD44 juta atau sekitar Rp634 triliun.
Bos Tesla tersebut belum menjelaskan kenapa ia mengakuisisi layanan media sosial tersebut. Namun ia sempat menyuarakan keingiannya untuk menjadikan Twitter sebagai platform kebebasan berpendapat dan memoderasi konten.
Nggak cuma itu, ia juga sempat mengungkapkan sejumlah perubahan di platform tersebut. Berikut beberapa di antaranya!
- Open Source Algorithm
Pada bulan Maret lalu, Elon Musk sempat mengungkapkan keresahannya terkait algoritma Twitter yang bisa menimbulkan dampak pada diskusi publik.
Sebagai solusi, Elon Musk mungkin akan menerapkan sistem open source algorithm; memungkinkan pengguna untuk mengakses algoritma dan mengatur konten apa saja yang bersirkulasi di linimasa mereka.
Gagasan ini juga mendapat “restu” dari para followers Elon Musk. Pasalnya ia sempat membuat polling terkait hal ini, dan sekitar 83 persen di antaranya (sekitar 1,1 juta responden) setuju.
I’m worried about de facto bias in “the Twitter algorithm” having a major effect on public discourse.
How do we know what’s really happening?
— Elon Musk (@elonmusk) March 24, 2022
- Tombol edit
Pada tahun 2019, Elon Musk sempat bercuit mempertanyakan fitur edit tweet.
Keresahan yang sama sempat ia utarakan dalam gelaran TED2020 yang digelar pada bulan April 2022.
Nggak cuma itu, pada bulan yang sama ia juga sempat bikin polling apakah Twitter perlu tombol edit atau nggak. Dan mayoritas responden memilih “yes.”
I meant lämpe. Where’s the edit function when you really need it!?
— Elon Musk (@elonmusk) April 19, 2019
- Tweet lebih panjang
Saat ini Twitter membatasi penggunanya untuk bercuit hanya 280 karakter. Jumlah tersebut sudah naik dua kali lipat dari tahun 2017 yang hanya mencakup 140 kata.
Hal ini juga sempat jadi sorotan Musk pada bulan April 2022.
“Pendapatku terhadap utas cuitan yang sepanjang novella adalah bahwa Twitter *sangat* butuh fitur cuitan panjang,” tulisnya.
My most immediate takeaway from this novella of a thread is that Twitter is *way* overdue for long form tweets!
— Elon Musk (@elonmusk) April 15, 2022
- Kebebasan berpendapat
Pada konferensi TED2022, Elon Musk sempet mengungkapkan bahwa Twitter harusnya nggak perlu meregulasi konten diluar apa yang diatur menurut hukum wilayah negara yang tempat pengguna tinggal.
Ia meyakini bahwa hal ini punya peran penting dalam isu kebebasan beropini. Ia juga sempat mengungkapkan opini senada pada bulan Januari 2021 lewat akun pribadinya.
A lot of people are going to be super unhappy with West Coast high tech as the de facto arbiter of free speech
— Elon Musk (@elonmusk) January 11, 2021
- Hapus bot
Musk sempat menyebut bahwa spam bots adalah “masalah paling mengganggu” di Twitter.
Beberapa waktu lalu, ia juga sempat bercuit, mengatakan bahwa “jika ia berhasil membeli Twitter, ia akan mengalahkan spam bots atau mati berusaha.”
Hal itu bakal ia lakukan dengan melakukan otentikasi semua manusia.
If our twitter bid succeeds, we will defeat the spam bots or die trying!
— Elon Musk (@elonmusk) April 21, 2022