Padahal, Jakarta adalah salah satu kota yang punya banyak mal di dunia.
Keberadaan beberapa mal di Jakarta yang seakan sepi tanpa pengunjung menjadi sorotan akhir-akhir ini. Padahal, Jakarta merupakan salah satu kota dengan banyak mal di dunia.
Saat ini jumlah mal di Jakarta mencapai lebih dari 170. Mal juga dijadikan sebagai salah satu ruang publik untuk masyarakat, mengingat Jakarta masih dianggap ‘kekurangan’ ruang publik.
(via Giphy)
Dengan jumlah penduduk Jakarta yang mencapai hampir 11 juta orang, kenapa mal bisa sepi?
Menurut Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) Panangian Simanungkalit:
- Efek domino pandemi Covid-19 yang membuat beberapa penyewa keluar dari mal.
- Kemunculan mal baru yang lebih menarik.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey:
- Pemilik mal terlambat melakukan perubahan strategi untuk menghadapi new normal.
Menurut Mantan Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro:
- Beberapa warga lebih memilih belanja sekaligus berwisata di luar negeri.
- Masyarakat lebih memilih belanja secara online atau ke gerai swalayan mini terdekat.
Alasan Orang Suka/Nggak Suka Pergi ke Mal
Alasan Orang Suka ke Mal | Alasan Orang Nggak Suka ke Mal |
Ingin melihat-lihat. | Mal terlalu besar. |
Bisa berkunjung ke department store. | Rebutan tempat parkir. |
Ada toko khusus yang bikin mereka rela ke mal. | Rentan bikin orang ‘boros’ belanja. |
Jakarta Kekurangan Ruang Terbuka Hijau
Opsi ruang publik warga Jakarta selain mal pun terbilang cukup terbatas. Pasalnya kota ini cukup kekurangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk jadi destinasi rekreasi.
Jika dihitung, luas RTH Jakarta bahkan hanya mencapai sepertiga dari luas yang seharusnya.
- 9,98 persen dari luas kota: Lahan RTH Jakarta saat ini.
- 30 persen dari luas kota: Lahan RTH yang seharusnya dimiliki kota sesuai UU No. 26 Tahun 2007.
(via Giphy)
Gimana tanggapan kalian soal ini? Let us know in the comment!
(Photo courtesy by Unsplash)