Heartbreak Motel pertemukan jajaran aktris dan aktor pemenang Piala Citra FFI

Visinema Pictures mencoba menarik antusiasme para penikmat film Indonesia dengan pertemukan para peraih penghargaan Piala Citra FFI seperti misalnya Laura Basuki, Reza Rahardian, dan Chicco Jerikho di film berjudul “Heartbreak Motel”.

Dalam film ini Laura Basuki ditunjuk untuk memerankan karakter utama dalam film ini bernama Ava Alessandra, sementara Reza Rahardian berperan sebagai Reza Malik, dan Chicco Jerikho perankan Raga Assad.

Ava merupakan seorang aktris terkenal yang merindukan kehidupan orang biasa di balik gemerlapnya dunia hiburan, Malik merupakan seorang aktor papan atas dengan kehidupan glamor, dan Raga seorang pria mapan yang hidup biasa jauh dari keglamoran dunia hiburan.

Angga Dwimas Sasongko suguhkan pendekatan teknis yang jarang digunakan

Tak hanya karakter utama yang diisi jajaran aktor dan aktris pemenang Piala Citra FFI, film garapan sutradara Angga Dwimas Sasongko ini menyuguhkan pendekatan teknis yang berbeda dan sudah jarang digunakan di film Tanah Air.

Di film Heartbreak Motel ini Angga menggunakan tiga jenis kamera berbeda untuk shooting.

Eksplorasi dimensi sensorik lewat tiga kamera yang berbeda

Ketiga kamera tersebut menyuguhkan tiga visual yang berbeda dengan tone/color grading, texture, dan sinematografi yang berbeda.

Angga menggunakan digital camera, kamera seluloid 16mm, dan 35mm untuk menghadirkan mood serta eksplorasi dimensi sensorik yang akan terasa berbeda bagi penonton.

Selain kemampuan akting jajaran aktor dan aktris yang memukau, Heartbreak Motel menghadirkan sensasi menonton yang eksperimental.

Pengalaman pertama Ika Natassa keluar dari comfort zone

Film yang diadaptasi dari novel berjudul sama milik Ika Natassa ini merupakan pengalaman pertama bagi sang penulis dalam menghasilkan karya di luar zona nyamannya.

Ide cerita dari karya Ika ini dikembangkan oleh Kori selaku produser dan Alim sebagai scriptwriter dengan menggunakan pendekatan visual yang jarang digunakan dengan banyak layer di dalam ceritanya.

Pakai kamera yang sudah tidak digunakan selama 12 tahun hingga reels film diterbangkan ke Taiwan

Perjalanan Angga Dwisasongko mengalihwahanakan core story milik Ika Natassa ini tidak bisa dibilang mudah.

Misalnya saja cerita salah satu kamera dalam film ini yang sudah tidak digunakan selama 12 tahun dan membuat para kru bergadang tiga hari tiga malam.

Belum lagi perekaman beberapa scene yang meski dilakukan di Indonesia namun pita film kamera seluloidnya harus diterbangkan ke Taiwan untuk dicuci, dan rangkaian proses lain, kemudian file-nya dikirim ke Jakarta.

Sutradara Heartbreak Motel menggandeng sutradara, seluloid enthusiast, dan salah satu anggota dari kelompok seniman Lab Laba Laba, Edwin, untuk mendukung kebutuhan kamera seluloid 16mm dan 35mm yang digunakan dalam film ini.


Let uss know your thoughts!