Baru seminggu tayang, “Selesai” hujan dengan kritikan
Tompi dan Selesai mencuat menjadi topik perbincangan sosial media. Kurang lebih ada 40 ribu warganet yang mencuit soal film terbaru dokter sekaligus penyanyi ini.
Film Selesai juga mendapat rating jelek pada platform Letterboxd. Banyak yang menyoroti isu jokes yang seksis dan melanggengkan stigma soal perempuan. Hampir semua marah-marah dan minta Rp 40 ribunya dibalikin.
“Pada dasarnya Selesai itu film lelaki dan untuk lelaki. Semua karakter perempuan antara digambarkan sebagai korban atau karikatur. Itu saja. Selesai,” cuit seorang warganet.
Basically Selesai is a bro movie for bro people. All the female characters are either victims or caricature portrayal. Thats it. Selesai (lol).
— alex kusuma (@Alkupra) August 19, 2021
Kritik dari penonton
USSFeeds udah merangkum banyaknya lemparan kritik untuk film ini.
Film ini sebenarnya memiliki potensi besar, terlihat dari aktris dan aktor yang mengisi Selesai udah gak asing lagi pada layar kaca. Inti ceritanya berisi soal perselingkuhan pada ikatan pernikahan. Konflik yang gak jarang menarik atensi dari para penonton.
Pada bagian awal, gue sendiri sempat kagum dengan keberanian si penulis naskah buat menggunakan diksi yang cukup berani daripada film Indonesia pada umumnya. Sayangnya fondasi alur cerita kurang tersusun rapih untuk memberikan ending yang mengangkat isu mental illness. Jadi banyak yang bertanya, sebenarnya film ini mau kasih cerita tentang apa?
Ada juga yang menyoroti isu yang terbilang setengah-setengah, mau angkat mental health? gak juga. Isu perselingkuhan? ibarat kolam, masih terlalu dangkal.
Satu lagi hal yang menyedihkan, si tukang selingkuh justru jadi pemenang yang tergambar pada ending film. Si korban justru kurang mendapat bagian untuk menyuarakan sisinya.
Penjelasan dari Tompi
Pada sebuah kesempatan via fitur Space Twitter yang diselenggarakan oleh @cinemalinea, Tompi menjelaskan dari sudut pandangnya.
Penjelasan tersebut berawal dari salah satu pertanyaan yang dibacakan oleh pemantik diskusi, Tompi selalu tertarik bikin film soal perempuan tapi gak pernah melibatkan perempuan dalam perancangan konsep dan naskah.
Menurutnya, semua diisi sesuai kebutuhan, jadi kalau informasinya udah cukup, gak perlu lagi melibatkan perempuan.
Ia mengaku bakal bertanya kalau memang membutuhkan sesuatu dan ada yang gak ia ketahui. Tapi dalam film ini, ia merasa memiliki informasi yang cukup sehingga gak perlu melibatkan lagi perempuan.
“Kalau misalnya informasi sudah cukup, ya sudah, gitu. Ya enggak sih? Jadi, bukan masalah banyak bertanya biar tidak sesat di jalan, bukan. Kayaknya itu tidak bisa diterapkan di semua hal deh.” tutur Tompi.
-
Hospital Playlist 2 Episode 9 Raih Rating Tertinggi
-
Kenalan Dengan Helene Simon, Nenek Buyut yang Jadi Model Kecantikan di Usia 99 Tahun!
-
Lawless Burgerbar Rayakan Anniversary 10 Tahun Lawless Jakarta dengan Burger Raksasa
–
Berapa rating dari lo untuk Selesai?