Ada seorang perempuan bernama Tiana yang sudah menikah dengan Aldo, suaminya selama 5 tahun. Beberapa hari belakangan, Tiana tidak sengaja mendengar suaminya ngobrol dengan seorang wanita lain lewat telepon bernama Ghina. Karena penasaran, Tiana mencoba bertanya kepada Aldo siapa itu Ghina. Tapi suaminya bilang “Kamu mungkin salah dengar.” Namun, ia masih belum percaya dan bersikeras bahwa Tiana tidak salah dengar. Tiba-tiba, Aldo marah dan membentak “Kamu curigaan banget! Udah dibilang kamu pasti salah dengar, bikin aku kesel aja.” Akhirnya Tiana terdiam dan jadi ragu akan dirinya sendiri.
Ilustrasi cerita di atas merupakan salah satu dari banyak kasus gaslighting. Karakter Aldo menggunakan taktik ini untuk memanipulasi dan membuat pasangannya ragu atas perasaannya, serta menutupi kenyataan yang ada. Cara ini adalah bagian dari kekerasan emosional yang sangat halus dan sama sekali tidak menunjukkan kekerasan fisik, sehingga membuat korban luput dari kesadaran.
Sebenarnya, berasal dari mana sih sebutan gaslighting itu?
Istilah Gaslighting
Munculnya istilah gaslighting berawal dari sebuah film tahun 1944 yang berjudul “Gaslight“. Film ini menceritakan tentang pasangan suami-istri bernama Gregory dan Paula.
Pada suatu malam, Gregory diam-diam mencari harta yang tersembunyi di loteng rumahnya dengan membawa lampu gas sebagai sumber cahaya. Paula pun mengeluhkan hal itu karena tanpa ada lampu gas tersebut, rumah menjadi redup. Ketika Paula mengeluhkan hal tersebut, suaminya justru menuduhnya hanya mengada-ada dan berpikir semua itu hanya imajinasinya saja.
Sebenarnya, korban gaslighting tidak mengenal gender dan tidak hanya ditemukan dalam hubungan asmara saja. Berkat taktiknya yang sangat halus, korban menjadi tidak sadar kalau dia sedang dimanipulasi. Hal ini yang membuat cepat atau lambat, kesehatan mental si korban akan melemah dan terlalu mudah bergantung serta dikendalikan oleh pasangannya.
Upaya pelaku gaslighting ini dalam memutarbalikan fakta juga tidak tergolong receh. Mereka akan melakukan kebohongan dengan cara yang cerdas dan punya 1001 cara untuk mencari jalan pembenaran terhadap dirinya.
Walaupun dikatakan tidak mengenal gender, tapi korban gaslighting sering terjadi pada wanita. Ya karena masih terpatri di kepala bahwa wanita harus tunduk dan patuh pada pria. Karena terlalu bergantung pada pasangannya lah yang membuat korban lebih percaya pada ucapan pasangannya dibandingkan dengan apa yang dilihatnya sendiri.
Bagaimana Cara Mengetahuinya?
Kalau lo sering merasa bingung dan sensitif sampai meragukan diri sendiri, tandanya lo udah terpengaruh gaslighting dari pasangan. Dalam kondisi seperti ini, lo akan meminta maaf terus menerus karena tidak sengaja menyinggung perasaan pasangan dan akan sulit membuat keputusan sendiri karena sudah terlalu bergantung pada pasangan.
Hal ini yang akan membuat hubungan lo dengan pasangan jadi tidak enjoy dan kerap berbohong demi menjaga perasaannya. Maka dari itu, lo harus waspada sama pelaku gaslighting seperti ini. Bagaimana cara meyakinkan diri bahwa lo adalah korban gaslighting? Lo bisa jawab dengan pertanyaan seperti di bawah ini:
- Apakah lo sering merasa sensitif?
- Apakah lo selalu minta maaf pada pasangan?
- Apakah lo suka menyembunyikan cerita tentang pasangan dari teman/keluarga?
- Apakah lo selalu meminta pasangan untuk membuat keputusan padahal lo bisa buat keputusan itu sendiri?
- Apakah lo pernah mencoba berbohong pada pasangan karena takut dia marah?
Mungkin dari pertanyaan ini, bisa menjadi indikator apakah lo korban gaslighting atau bukan. Jika 3 dari 5 pertanyaan ini terjawab “Ya”, tandanya lo sudah jadi korban gaslighting.
Lalu bagaimana cara menyelamatkan diri dari gaslighting ini?
Apa yang Harus Lo Lakukan?
Kalau kondisinya sudah seperti ini, tidak ada cara terbaik selain tinggalkan pasangan lo. Tentunya meninggalkan pasangan tidak semudah menyebutkan dari mulut kita karena akan terlanjut bergantung secara emosional dengan pasangan.
Ingat! Sepintar apapun lo berargumen, lo tidak akan menang melawan pelaku gaslighting. Dia akan selalu berusaha menjebak dan memanipulasi lo dengan memutarbalikan fakta.
Kalau lo terus bertahan dengan pasangan yang seperti ini, parahnya kekerasan terhadap lo akan semakin meningkat dan bisa menjadi kekerasan fisik. Tidak hanya itu, dalam titik ini lo sudah dijauhkan teman-teman dan keluarga yang berusaha membantu keluar dari masalah tersebut.
Semakin jauh hubungan itu terus dipertahankan, lo akan terus terjerumus dalam tipu muslihatnya dan terus memberdayakan lo dalam hubungan tersebut.
Jika lo sudah berhasil meninggalkan pasangan, sebaiknya singkirkan rasa malu, sedih, dan tidak perlu nge-galau-in dia. Lo harus fokus dan memulai hari yang lebih baik lagi.
_
Harus lo ingat dan perhatikan baik-baik bahwa kekerasan tidak hanya datang dari fisik dan verbal saja. Kekerasan emosional bisa datang kapan saja dalam bentuk yang halus, namun akan lebih menyakitkan.
Sebisa mungkin jaga kesehatan lo secara fisik dan mental dengan lebih pintar memilih relasi yang berdampak positif buat lo!