Sudah mendapat izin edar, GeNose siap diproduksi sampai 5.000 unit pada Febuari 2021

GeNose yang merupakan alat pendeteksi Covid-19 buatan Universitas Gajah Mada (UGM) sudah mendapatkan izin edar dan siap diproduksi sampai 5.000 unit pada Febuari mendatang.

Jadi per Febuari kapasitas produksi diharapkan mencapai 5.000 unit jadi sudah bisa dipakai dan didistribusikan ke seluruh Indonesia,” tutur Bambang Brodjonegoro selaku Menristek dalam diskusi virtual, Senin (28 Desember) seperti dilansir CNNIndonesia.

GeNose diklaim efektif dan memiliki akurasi yang baik

Lebih lanjut, Bambang juga menuturkan bahwa GeNose merupakan alat pendeteksi Covid-19 yang terbilang efektif. Terkait akurasi, alat tersebut diklaim memiliki sensitivitas 92 persen dan spesifitas 95 persen.

GeNose juga disebut tidak memakan waktu banyak saat mendeteksi keberadaan virus di tubuh seseorang. Pasalnya hanya membutuhkan waktu kurang dari lima menit dan hasil sudah bisa diperoleh.

Diketahui alat tersebut merupakan pendeteksi Covid-19 dengan metode hembusan napas. Alat itu akan menganalisa partikel volatile organic compound (VOC) yang dikeluarkan spesifik oleh penderita Covid-19 saat bernapas.
via TribunNews

Diketahui alat tersebut merupakan pendeteksi Covid-19 dengan metode hembusan napas. Alat itu akan menganalisa partikel volatile organic compound (VOC) yang dikeluarkan spesifik oleh penderita Covid-19 saat bernapas.

Jadi yang dideteksi partikel atau senyawanya,” tutur Bambang.

Alat itu akan dijual seharga IDR 62 juta/unit

Pada kesempatan yang sama, tim GeNose UGM lewat Dian K Nurputra menuturkan bahwa rencananya alat atau mesin tersebut akan dijual seharga IDR 62 juta. Di mana setiap pembelian sudah termasuk dengan TOT, aftersales services dan PPN.

Sedangkan untuk alat penghubung sekali pakai untuk pengetesan GeNose hanya memakan biaya IDR 20 ribu. Adapun alat tersebut terdiri dari kantong plastik, hepa filter, adaptor pipe, plug dan selang PU sepanjang 15 menter.

Dengan harga itu, GeNose menjadi alat pengetsan yang relatif terjangkau, sebab untuk sekali test hanya akan memakan biaya sekitar IDR 20 ribu. “Satu plastiknya IDR 6.500,- tapi dengan hepa IDR 20.000,-. Itu bisa buat 100 kali dan baru diganti kalau ada yang terdeteksi positif,” tutur Dian.

Dian juga menjelaskan bahwa alat tersebut dioperasikan dengan menggunakan sistem AI (artificial intelligence) untuk bisa mendeteksi sampel.

Wah semoga semuanya berjalan lancar. Akan sangat membantu kalau murah dan memang akurat.