Lontaran lava erupsi Gunung Ile Lewotolok, Nusa Tenggara Timur (NTT) terus meluas hingga menyebabkan kebakaran hutan dan lahan sekitar lereng.
Kebakaran ini terjadi setelah erupsi lava pijar sejak Selasa, 27 Juli kemarin. Sampai sejauh radius tiga kilometer dari puncak gunung tersebut menjadi kawasan rawan bencana.
Untuk menangani ini, Pemerintah Kabupaten Lembata pun telah berusaha memadamkan api yang membakar lahan dan hutan di lereng Ile Lewotolok. Namun, keterbatasan peralatan pendukung dan medan yang sulit jadi kendala untuk menangani bencana tersebut.
BNPB kerahkan helikopter pemadam di Gunung Lewotolok
Melansir Suara, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengerahkan helikopter untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Gunung Ile Lewotolok.
“Kepala BNPB telah memerintahkan jajarannya untuk menggerakkan helikopter waterbombing (pengebom air) untuk membantu pemadaman dan mencegah potensi kejadian serupa. Mengingat kondisi Ile Lewotolok masih aktif.” kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Abdul Muhari Kamis kemarin.
Ia menjelaskan, kebakaran hutan dan lahan terjadi di wilayah Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sebelumnya mencatat, guunung itu mengalami erupsi beserta dentuman kuat dan lontaran lava pijar. Material vulkanik terlontar hingga 700-800 meter ke selatan-barat daya, menurut laporan CNN.
Aktivitas vulkanik di tingkat III ‘Siaga’
Saat itu, asap kawah berwarna putih dan kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal. Tingginya sekitar 50 hingga 1.000 meter dari puncak gunung.
Sementara itu, warga dan para petugas harus mencermati kondisi aktivitas vulkanik pada tingkat III, atau ‘Siaga’. Sekretaris Daerah Kabupaten Lembata Paskalis Ola Tapo Bali menjelaskan bahwa petugas dan masyarakat telah berupaya memadamkan api dengan peralatan manual juga.
PVMBG pun merekomendasikan masyarakat sekitar Gunung Ile Lewotolok maupun pengunjung dan pendaki untuk tidak melakukan aktivitas di dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung.
—
Baca juga: