Hari Media Sosial (medsos) diperingati setiap 10 Juni di Indonesia. Adapun peringatan ini pertama kali digagas oleh Handi Irawan, CEO Frountier Group pada tahun 2015 silam.
Gagasan tersebut muncul karena keresahan Irawan dalam melihat geliat pengguna media sosial di Indonesia. Pasalnya selain memberikan dampak positif, media sosial kerap juga menjadi sarang penyebaran hoaks, penggiringan opini yang salah, hate speech dan ancaman lain.
Netizen Indonesia masih yang ‘terburuk’
Meski sudah diperingati hampir lima tahun, sayangnya netizen Indonesia seolah acuh tak acuh dengan ‘etika bermedia sosial’. Bahkan dalam hasil studi tahunan Microsoft bertajuk “Civility, Safety, and Interactions Online 2020” yang hasilnya dirilis bersamaan dengan Digital Civility Index (DCI), Indonesia menempati urutan terbontot di negara Asia Tenggara terkait kesopanan berinternet.
Adapun studi tersebut dilakukan dengan metode survei yang melibatkan 16.000 responden di 32 wilayah.
Mirisnya selang beberapa hari setelah itu, akun sosial media Microsoft justru mendapat ‘serangan’ dari sebagian besar netizen yang tidak terima dengan hasil survei tersebut.
Kejadian tersebut sontak membuat perusahaan itu menutup fitur komentar pada akun media sosial mereka.
Gak terima hasil survei microsoft yang katakan nitizen Indonesia paling tidak sopan di social media, akun IG microsoft pun diserang hingga fitur comment dinonaktifkan.
— Harum Sari (@celanacargo) February 26, 2021
antara miris, namun lucu.
Menariknya, kejadian komentar ‘pedas’ atau kurang mengenakan di media sosial juga pernah kerap ditemui di hampir semua ‘elemen’.
Flashback ke tahun 2020, akun Instagram seorang bintang asal Korea Selatan, Han So Hee yang berperan sebagai wanita ketiga pada serial “The World of Marriage Couple’ mendapat serbuan dari netizen.
Padahal kalau dipikir, dia hanyalah berakting.
Hari media sosial, waktunya netizen belajar “Sopan”
Melansir dari Tirto, esensi dari hari media sosial sendiri mengacu pada perilaku bijak dalam menggunakan medsos, baik dalam membuat apapun atau membagikan konten.
Hari Media Sosial sendiri bertujuan untuk mengedukasi para warganet, di mana setiap orang seharusnya mampu memanfaatkan media sosial secar positif, termasuk dalam menjadi lebih sopan.
Berikut beberapa tips yang akan membantu Lo lebih ‘sopan’ dan bijak dalam bermedia sosial ;
-
Berfikir sebelum mengunggah sesuatu dan berkomentar
Salah satu fundamental dalam bersosial media adalah ‘tanggung jawab’. Jadi ada baiknya sebelum memposting ‘informasi’, sisihkan waktu untuk memastikan kebenaran berita yang akan diunggah.
Sama halnya dalam berkomentar, coba posisikan diri Lo sebagai orang yang menerima komentar. Kalau Lo tidak ingin menerima komentar seperti itu, maka jangan berikan komentar itu pada orang lain.
-
Samakan etika komunikasi media sosial dengan komunikasi tatap muka
Berkaca dari beberapa kejadian yang berujung pada ‘hukum’, sebagian mereka yang berkomentar tidak baik umumnya akan menjadi ‘melempem’ dan minta maaf.
Salah satu faktornya karena kebiasa keyboard warrior yang menimbulkan asumsi rasa aman karena berada di balik layar.
Padahal seharusnya, setiap orang dapat menyamakan komunikasi bermedia sosial dengan komunikasi di kehidupan tatap muka. Di mana sesorang akan lebih mempertimbangkan konsekuensi dari perbuatan atau ucapannya.
-
Pergunakan kata yang tepat dan santun
Kata jorok dan kasar seolah sudah menjadi sahabat baik sebagian besar netizen Indonesia. Meski terkadang tujuannya baik, namun penggunaan kata yang kurang tepat dan tidak santun justru dapat menyebabkan kesalahpahaman.
Oleh karena itu ada baiknya setiap warganet belajar memfilterisasi kata yang diunggah dalam media sosial dan jangan sampai menyakiti seseorang.
Setidaknya jika belum bisa memberikan dampak positif, maka berusahalah untuk tidak menyinggung atau menyakiti siapapun di media sosial.
-
Hargai perbedaan di media sosial
Salah satu faktor penting lainnya dalam bermedia sosial adalah kemampuan dalam menghargai dan menghormati perbedaan yang ada di masyarakat.
Terutama sebagai negara yang kaya dengan keberagaman suku, budaya, agama, adat dan lainnya.
Oleh karena itu, toleransi bisa disebut sebagai ‘kunci’ terwujudnya kerukunan dan etika keseopanan dalam bersosial media.
Dibanding iri dan menjelekan perbedaan pada orang lain, ada baiknya setiap pengguna media sosial belajar memberikan apresiasi kepada aspek tersebut.
-
Empat Pasal UU ITE Jadi Revisi, Apa Saja?
-
Belajar Etika Bermedia Sosial dan Mencintai Diri Sendiri
-
Virtual Police Resmi Beroperasi, Polisi Sekarang Pantau Media Sosial!
—
Yuk belajar lebih sopan dalam bermedia sosial!